-->

Sarah Netanyahu, Penguasa Israel Yang Sebenarnya

TEL AVIV (SuaraMedia News) – Sebuah surat kabar Israel pada edisi Jumat menyebutkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah dengan sengaja berbohong ketika pada hari Senin lalu mengumumkan dari Jerman bahwa istrinya, Sarah Netanyahu, sama sekali tidak terlibat dalam urusan negara dan kebijakan pemerintahan.

Surat kabar Maariv menyebutkan, "Hal ini telah diketahui oleh ratusan orang, dan sebagian besar diantaranya adalah para menteri senior yang dekat dengan Netanyahu dan bekerjasama dengannya. Mulai dari sopir, pengawal, politisi konsultan dan mitra kerjanya mengetahui kenyataan pahit tersebut karena kedekatan dengan Netanyahu, mereka juga tidak akan membocorkan hal tersebut kepada media."

Seorang sumber mengatakan, "Saya membawakan sebuah setelan jas yang sangat mewah dan mahal kepada Netanyahu untuk dipergunakan dalam sesi pemotretan selama kampanye pamilu Partai Likud. Sarah mengatur segala sesuatunya agar sesuai dengan pandangan pribadinya. Pihak partai merasa terkejut dengan permintaan tersebut, khususnya karena pembelian jas tidak diagendakan."

Para pejabat partai tidak mengetahui persiapan kampanye tersebut dan pada akhirnya mengalah dan membayar harga jas tersebut, mereka memutuskan untuk tidak melaporkan hal itu kepada pihak berwajib dan memendamnya sebagai rahasia, namun hal itu akhirnya terbongkar juga.

Para petinggi partai menolak memberikan komentar terhadap isu tersebut, namun ada empat orang rekan Netanyahu yang membenarkan apa yang terjadi kepada surat kabar Maariv.

Surat kabar itu menambahkan: "Tampaknya, kejadian yang serupa juga terjadi pada pemilihan umum terdahulu yang diikuti Netanyahu. Sarah mampu menutupi hal tersebut dari media. Pembelian tersebut tidak dapat diterima oleh pihak partai yang terpaksa menutupi biaya pembelian pakaian."

Benjamin Netanyahu sendiri tampaknya tidak dapat melakukan apapun untuk menghalangi intervensi sang Istri.

Sebelumnya, Sarah Netanyahu memecat Lilian Peretz, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Netanyahu di Caesaria selama enam tahun. Peretz mengklaim bahwa Sarah Netanyahu telah melontarkan kata-kata kasar dan memaksa dirinya untuk berganti pakaian dan mandi beberapa kali dalam satu hari untuk menjaga agar lingkungan rumah tetap "steril".

Sejumlah sumber media mengungkapkan bahwa pembantu rumah tangga dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melayangkan tuntutan terhadap Sarah Netanyahu.

Lilian Peretz, 44, mengklaim bahwa dirinya dibayar dibawah upah minimum dan juga dipaksa untuk bekerja pada hari Sabbath, hari istirahat yang dianggap sakral oleh kaum Yahudi.

"Sarah Netanyahu menyiksa saya, membayar saya dibawah upah minimum, tidak membayar tunjangan sosial saya dan memaksa saya untuk bekerja pada hari Sabtu," demikian katanya sebagaimanan dikutip dalam tuntutan hukum di pengadilan buruh Tel Aviv.

Asaf Saraf, pengacara Lilian, membenarkan detail kasus tersebut kepada surat kabar Yedioth Ahronoth.

Saraf mengatakan bahwa hubungan dengan Netanyahu dipenuhi oleh atmosfir yang penuh kekerasan dan penghinaan.

Sarah Netanyahu, seorang mantan pramugari yang kini juga menjadi psikolog, juga membuat masalah pada masa jabatan Benjamin Netanyahu yang terdahulu, dari tahun 1996 hingga 1999. Sarah Netanyahu beberapa kali terlibat perselisihan dengan stafnya, sengaja memamerkan anaknya yang masih kecil kepada media dan publik, serta turut campur dalam urusan pemerintahan. Diantara sejumlah skandal yang terjadi, Sarah pernah memecat seorang pengasuh karena menghanguskan satu panci sup, ia juga pernah melemparkan sepasang sepatu ke arah asistennya.

Istri ketiga Netanyahu tersebut tidak banyak muncul ke permukaan sejak sang suami kembali berkuasa bulan Maret tahun lalu. Nama Sarah tidak banyak menghiasi tajuk utama pemberitaan.

Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dirinya telah mendapatkan pelajaran berharga dari masa jabatan pertamanya sebagai perdana menteri. Netanyahu menjaga ketat agar tidak terjadi kebocoran informasi, para staf dan anggota kabinetnya menghindari kesalahan dalam bidang keuangan dan etika agar tidak merusak citra Netanyahu, namun, skandal tersebut tampaknya membuka kembali luka lama. (dn/im/hp) www.suaramedia.com