-->

Europol Selidiki Platform Media Sosial yang Dibangun ISIS

Khelafabook
+ResistNews Blog - Sebuah penyelidikan telah diluncurkan oleh Europol mengenai kemampuan organisasi ISIS yang mengembangkan platform media sosial sendiri untuk menghindari pelacakan. Demikian menurut Rob Wainwright, pimpinan badan khusus kriminalitas Uni Eropa yang didirikan pada tahun 1999 tersebut.

Petugas penegak hukum dari Belgia, Yunani, Polandia, Portugal dan AS sebelumnya telah mengidentifikasi lebih dari 2.000 link IS yang dianggap “berbahaya dan ilegal” selama operasi dua hari.

“Dalam operasi itu, terungkap ISIS sekarang sedang mengembangkan platform media sosialnya sendiri, bagian internetnya sendiri untuk menjalankan agendanya,” kata Wainwright pada sebuah konferensi pers di London.

“Itu menunjukkan bahwa beberapa anggota ISIS, setidaknya, terus berinovasi di tempat ini,” imbuhnya.

Tekanan yang meningkat dari pemerintah Eropa dan perusahaan teknologi besar untuk mengganggu kelompok itu di dunia maya, tampaknya telah mendorong ISIS dan organisasi teroris lainnya ke sudut yang lebih gelap di internet.

“Upaya yang dilakukan oleh banyak platform online untuk menghapus konten yang tidak pantas telah mendorong pendukung kelompok teroris secara bersamaan menggunakan banyak platform untuk mempromosikan terorisme dan menghasut kekerasan,” kata Europol dalam sebuah pernyataan.

“Mereka juga telah mencari penyedia layanan baru untuk memastikan pesan mereka menjangkau pendukung potensial,” imbuh badan itu.

Pejabat pemerintah Inggris juga telah memperingatkan “kelompok teroris lainnya”, termasuk kelompok Al-Qaidah dan kelompok sayap kanan seperti National Action di Inggris yang mencoba meniru “taktik online” ISIS tersebut.

“Dalam beberapa minggu terakhir ini, kami telah melihat gerilyawan terkait Al-Qaidah Haiah Tahrir (HTS) meluncurkan al-Ebaa, sebuah nama media profesional untuk komunikasi dan video online-nya,” kata Baroness Shields, Perwakilan Khusus Perdana Menteri Inggris tentang Kejahatan dan Harmita Internet di Washington.

“Karena kualitas dan kuantitas output ISIS fluktuatif, kita tidak boleh melupakan kelompok ekstremis lain yang ingin meningkatkan kehadiran online mereka,” kata Shields dalam pidatonya.

Dua tahun lalu, pendukung ISIS mendirikan jaringan sosialnya sendiri yang disebut Khelafabook, di tengah sejumlah larangan konten yang dikeluarkan jejaring media sosial seperti Twitter dan Facebook. Khelafabook, yang dibangun di atas sebuah platform bernama SocialKit, telah ditutup.

Media sosial itu didirikan oleh seorang pria Iraq di kota Mosul, dengan latar belakang dunia yang penuh dengan bendera ISIS. Ia dibangun untuk menghubungkan para pendukung ISIS di dunia dengan militan yang bertempur di lapangan.

Twitter terutama telah menjadi medan pertempuran bagipropaganda ISIS, di mana media itu telah menutup setidaknya 90.000 akun yang disiapkan oleh kelompok tersebut. Meskipun ada upaya menutup akun yang dikendalikan oleh kelompok militan tersebut, Twitter juga masih terus menghentikan konten yang dihasilkan oleh simpatisan ISIS yang diposting. [Middle East Eye/kiblat.net+ResistNews Blog ]