+ResistNews Blog - Sejumlah dokumen mengungkapkan bahwa AS telah mendirikan sebuah basis militer di wilayah paling selatan Libya. Sebelumnya, Washington terus merahasiakan kehadirannya di Libya, sejalan dengan klaim Donald Trump bahwa pihaknya “tidak memiliki peran” di negara tersebut.
Dokumen yang dikeluarkan berdasarkan sebuah permintaan untuk kebebasan informasi, menunjukkan lokasi basis militer AS yang didirikan sekitar tahun 2015 di al-Wigh, sebuah oasis di gurun Sahara di dekat perbatasan Libya dengan Niger, Chad, dan Aljazair.
Basis dibangun di dekat jalur penyelundupan dari Niger dan Chad, yang digunakan oleh ribuan imigran untuk mencapai pantai Afrika, dan menyelundupkan senjata di Libya, Niger, Chad dan Mali.
Basis ini memiliki status tidak permanen, dengan masa pemakaian yang tidak diketahui. Namun, dokumen tersebut menunjukkan bahwa struktur komando AS di Afrika, AFRICOM, menetapkan rencana untuk mengubah banyak lokasi basis militer tersebut menjadi basis semi permanen yang akan digunakan oleh unit pasukan reaksi cepat AS.
Laporan yang disusun oleh TomDispatch.Com ini, mengungkapkan strategi proyeksi AFRICOM yang berbasis di Djibouti, dan menunjukkan puluhan instalasi permanen dan semi permanen di seluruh benua. Lokasi-lokasi yang dilaporkan mencakup basis militer di Mauritania, serta jaringannya di seluruh sabuk tropis Afrika.
Meskipun tidak diketahui apakah basis militer di Libya masih beroperasi, komandan AFRICOM yang keluar, Darryl Williams, mengatakan pada tahun lalu, bahwa pangkalan tersebut sangat penting. “Kami memiliki landasan yang sangat keras, ramping dan bersih. Jika Anda mau, di seluruh Afrika sekarang ini,” katanya.
Dokumen tersebut dikeluarkan beberapa minggu setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS tidak memiliki urusan di Libya. Meskipun ada beberapa laporan mengenai pasukan dan pesawat AS yang ditempatkan di utara Libya, dan sejumlah pertempuran melawan militan ISIS di kota-kota utara termasuk Sirte.
“Saya tidak melihat kepentingan di Libya. Saya pikir Amerika Serikat memiliki kepentingan yang cukup sekarang. Kami memiliki kepentingan di mana-mana,” kata Trump pada 21 April, seraya menambahkan bahwa prioritas negaranya di Libya adalah melawan ISIS.
Dokumen yang diperoleh TomDispatch berfokus pada rencana AS di tahun 2014 untuk beroperasi pada tahun 2015, di mana AFRICOM mendata 36 pos di 24 negara Afrika. Menurut laporan tersebut, juru bicara AfFRICOM mengatakan jumlah yang sebenarnya meningkat menjadi 46 POS pada 2017, termasuk 15 lokasi permanen.
Mattia Toaldo, seorang peneliti senior di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, mengatakan bahwa keberadaan pangkalan militer AS jika benar, hal itu tidak mengejutkan, mengingat segitiga penting (Libya, Niger dan Aljazair) adalah lokasi kunci untuk mengendalikan gerakan jihad dan rute penyelundupan.
Dia mengatakan bahwa ada kekuatan internasional lainnya yang hadir di wilayah tersebut. “Perancis memiliki pangkalan penting di Madama, tepat di seberang perbatasan Niger,” katanya, sembari menerangkan bahwa itu menjadi daerah yang kaya dengan rute penyelundupan manusia.
AFRICOM pada tahun 2017, telah menyatakan ancaman terbesar bagi keamanan AS di Afrika adalah “organisasi ekstremis garis keras”. Meskipun, juga mewaspadai kehadiran Cina dan Rusia di benua tersebut.
“Afrika tetap menjadi medan pertempuran antara ideologi, kepentingan, dan nilai: Kesetaraan, kemakmuran, dan perdamaian yang sering berbenturan dengan ekstremisme, penindasan, dan konflik,” kata peneliti dari Eropa tersebut.
“Lingkungan strategis mencakup ketidakstabilan yang memungkinkan organisasi ekstremis kekerasan untuk tumbuh dan merekrut penduduk yang kehilangan hak,” katanya. “Fleksibilitas dari basis-basis keamanan kita, memberikan pilihan respons selama krisis,” imbuh Toaldo.
Untuk diketahui, laporan dari TomDispatch muncul setelah Middle East Eye mengungkapkan, bahwa AS telah menempatkan personil militer di sebuah basis di luar Benghazi, di mana AS menjadi bagian dari kekuatan multinasional yang membantu Khalifa Haftar, seorang jenderal era Gaddafi yang menentang pemerintah persatuan pusat yang berbasis di Tripoli.
Informasi yang didapatkan Middle East Eye juga menunjukkan pilot AS, Inggris dan UEA terbang di atas Benghazi. Beberapa informasi terkait koordinat yang disebutkan bahkan menunjukkan area operasi yang jauh lebih luas daripada pantai utara.
Di sisi lain, AS juga telah membantu pemerintah persatuan Libya dengan melakukan serangan udara terhadap ISIS di Sirte, dan mendorong kelompok tersebut untuk keluar dari basis pertahanannya di negara tersebut. [Middle East Eye/kiblat.net/ +ResistNews Blog ]