+ResistNews Blog - Pemboman AS pada posisi-posisi IS di wilayah Kurdi berbeda dengan pemboman AS ke wilayah Anbar dan Shalahuddin. Seorang anggota parlemen Irak mengatakan pemboman AS dan koalisi di Propinsi Al-Anbar dan Salahuddin mlempem, tidak efektif dibanding pemboman di kawasan Kurdistan.
Kepada PressTV, Aliya Nassif — anggota parlemen dari Koalisi Negara Hukum — mengatakan terkejut dengan minimnya dampak pemboman terhadap ISIS di dua propinsi itu. Di wilayah Kurdi, pemboman AS dan koalisi sangat efektif yang membuat Peshmerga mampu meraih kemenangan di beberapa wilayah atas IS dalam perang darat.
“Ini memperlihatkan AS dan koalisi menerapkan standar ganda,” ujar Nassif. “Di wilayah Kurdi, AS dan koalisi membom sepenuh hati. Di Propinsi Al-Anbar dan Salauddin, AS membom setengah hati.”
Tidak hanya itu, Nassif juga mengecam pernyataan terbaru PM Irak-Kurdistan Nichervan Barezani yang mengklaim aneksasi semua wilayah Propinsi Niniveh yang dibebaskan dari pendudukan IS.
Nassif menuntut Washington bereaksi terhadap klaim Kurdistan, dengan menjelaskan AS berkomitmen menjaga kedaulatan wilayah Irak.
Kritik Nassif memperlihatkan semua yang terlibat memerangi IS di Irak dan Suriah membawa agenda masing-masing. Kurdi, dengan Peshmerga-nya, berusaha meraih semua wilayah nenek moyangnya yang direbut rejim Saddam Hussein.
Milisi Shiah berperang hanya untuk menjaga situs-situs suci, dan makam para imam mereka, seraya mengontrol populasi Sunni dengan kekuatan senjata. Etnis minoritas lainnya; Turkmen, Yazidi, dan Katolik Assyrian, memanfaatkan ketidak-berdayaan pemerintah Irak untuk mendapatkan otonomi.
AS, dengan 3.000 pasukan dan puluhan pesawat tempur yang terus membom, berusaha melanggengkan kehadirannya di Irak untuk menjaga pasokan minyak.
Belum ditambah Iran yang mulai menempel ketat pemerintahan Syiah Irak.
Perang di Irak memang bak benang kusut. Setiap bagian ingin jatah dari jerih payahnya ikut andil dalam perang. Maka tak heran bila ketegangan tetap masih berlanjut, baik ada maupun tiadanya IS. (ini/lasdipo/ +ResistNews Blog )