+ResistNews Blog - Seorang wartawan Pakistan terkemuka dan yang juga seorang aktivis anti – drone (pesawat tidak berawak) telah hilang setelah hampir dua lusin orang menyerbu rumahnya dan menculiknya, kata pengacaranya pada hari Senin – hanya beberapa hari sebelum dia dijadwalkan memberikan kesaksian di depan parlemen Eropa.
Kareem Khan diculik dari rumahnya di Rawalpindi – yang terletak hanya sembilan mil dari Islamabad di provinsi Punjab – oleh sekitar 20 orang. Shahzad Akbar, pengacara Khan, mengatakan kepada AFP bahwa banyak dari orang-orang itu yang berseragam polisi, meskipun afiliasi para penculik itu masih belum diketahui.
Khan dijadwalkan meninggalkan Pakistan pada hari Sabtu untuk berbicara kepada para anggota parlemen di Jerman, Belanda, dan Inggris tentang pengalamannya dengan serangan drone.
Khan berasal dari wilayah suku Waziristan Utara dan menjadi orang Pakistan pertama yang menuntut pemerintah AS sehubungan dengan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan para anggota keluarganya. Saudara dan anak Khan tewas dalam serangan itu pada bulan Desember 2009.
Akbar sekarang menyatakan bahwa istri Khan dan anak-anaknya tidak diberi informasi apapun mengenai lokasinya, atau mengapa dia diculik.
” Kami mengajukan laporan kepada polisi setempat tetapi mereka membantah telah menculiknya, ” kata pengacara itu. “Ini tampaknya adalah pekerjaan badan-badan intelijen. ”
Polisi setempat telah membantah keterlibatan apapun, dan mengatakan mereka tidak memiliki catatan serangan di malam tersebut.
Clare Algar, Direktur Eksekutif di Reprieve – badan amal hukum yang berbasis di Inggris – menulis di website organisasi itu bahwa para pejabat menjadi khawatir.
“Kami sangat khawatir tentang keselamatan Khan, ” tulisnya. “Dia adalah saksi penting bahaya program pesawat tak berawak rahasia CIA, dan hanya mencari keadilan atas kematian anaknya dan saudaranya secara damai, lewat hukum. Laporan-laporan yang menyebutkan bahwa dia ditahan oleh orang-orang berseragam polisi menjadi perhatian besar, dan kami mendesak Pemerintah Pakistan untuk melakukan segala daya upaya untuk mengamankan pembebasannya segera.”
Dia pertama kali mengajukan gugatan pada tahun 2010, dengan menegaskan bahwa pesawat-pesawat tak berawak menyerang dan membunuh para warga sipil tak berdosa dan melanggar hukum internasional dengan melanggar larangan internasional mengenai pembunuhan yang jauh dari medan perang. Khan mengatakan dia tidak ada di rumah pada saat serangan, tetapi menyatakan bahwa tetangga-tetangganya menyaksikan ledakan besar.
Selain kakak dan anak Khan, seorang pekerja konstruksi juga tewas dalam serangan itu. Saudara Khan adalah seorang guru dengan gelar master dalam bahasa Inggris, sementara anaknya adalah seorang staf di sekolah negeri.
Para pejabat intelijen senior AS mengatakan kepada CNN pada waktu itu bahwa Khan diduga menyembunyikan Haji Omar Khan, seorang pemimpin Taliban terkenal yang juga tewas dalam serangan itu, di dalam rumahnya. Khan membantah pernah mengenal Haji Omar Khan, yang berperang melawan Tentara Merah Soviet di Afghanistan sebelum memiliki hubungan dekat dengan Mullah Omar.
Tahun lalu, Akbar – yang mewakili sejumlah warga Pakistan yang terkena serangan pesawat tak berawak itu- dan para aktivis lainnya menerbitkan sebuah surat di mana mereka menyebutkan nama kepala stasiun CIA di Islamabad, dan menuduhnya dan direktur CIA John Brennan berperan dalam pembunuhan dalam serangan pesawat tak berawak yang dialukan akhir tahun lalu.
Sementara angka pasti masih belum diketahui, AFP memperkirakan bahwa 2.155 warga Pakistan telah tewas dalam serangan pesawat tak berawak sejak bulan Agustus 2008. Masih belum diketahui berapa banyak dari mereka yang tewas diduga merupakan militan dan berapa banyak lagi merupakan warga sipil. (http://rt.com/news/anti-drone-pakistan-activist-missing-476/hizbut-tahrir.or.id/ +ResistNews Blog )