+ResistNews Blog - Kurang dari dua tahun, sejak pasukan AS ditarik dari Irak setelah upaya penggulingan diktator Saddam Hussein, sistem pemerintahan baru di bawah era kepemimpinan PM Nuri al-Maliki terbukti tidak jauh berbeda.
Nuri Al-Maliki dituding ingin mengambil alih pemerintahan dengan dominasi kelompok Syiah yang duduk di jajaran pemerintahan. Sejumlah anggota suku di wilayah Anbar telah memberontak terhadap pemerintah Maliki. Maliki menyalahkan pemberontakan itu kepada militan Al-Qaidah dan telah memerintahkan pasukannya untuk membombardir wilayah tersebut.
Namun, siapa pun yang menentang rezim Maliki secara otomatis dicap sebagai ‘teroris’ dan menghadapi risiko dieksekusi mati. Tahun lalu, sekitar 1.200 pria dan wanita berada di hukuman mati di Irak setelah didakwa melakukan kejahatan, dalam banyak kasus mereka dipaksa menandatangani pengakuan di bawah penyiksaan. Pekan lalu, 26 orang dieksekusi di Baghdad karena melakukan tindakan ‘terorisme’.
Seorang tahanan khusus yang dijatuhi hukuman mati adalah seorang warga Saudi, Abdullah al-Qahtani. Ia dipenjara karena dakwaan perampokan bersenjata di toko emas pada November 2009. Ia dituduh melakukan perampokan untuk mendanai terorisme.
Namun, Abdullah al-Qahtani kemudian terbukti sudah berada dalam tahanan polisi antara Oktober 2009 hingga April 2010 atas tuduhan imigrasi, sehingga tidak mungkin baginya untuk melakukan perampokan. Meski hal ini jelas tertera dalam surat-surat resmi pemerintah, ajalnya kian dekat menuju tiang gantungan.
Seperti saat dia menunggu untuk dibawa ke ruang eksekusi, pengacaranya telah melaporkan kepada wartawan The Independent,Robert Fisk bahwa al-Qahtani telah mengalami penyiksaan, termasuk digantung di pergelangan tangannya dan dipukuli dengan gagang sapu. Dia juga memiliki luka bakar rokok di tubuhnya.
Selain itu, pengacaranya menyatakan bahwa meskipun semua rekan terdakwanya kemudian menarik pengakuan mereka karena berada di bawah penyiksaan, semua rekannya dieksekusi tanpa dihiraukan penarikan kesaksiaannya.
Cara eksekusi yang dilakukan pemerintahan rezim Al-Maliki juga mengundang pertanyaan banyak pihak. Salah satu peneliti melaporkan bahwa sebaris tahanan mati telah digantung sebelum ia diberi kesempatan untuk mengatakan kata-kata terakhirnya. Namun, karena tali yang digunakan terlalu panjang, para tahanan selamat dalam upaya penggantungan yang pertama. Hal ini segera dilanjutkan oleh upaya kedua, yang sama gagalnya untuk membunuh para tahanan.
Setelah pihak rezim menyadari bahwa upaya tiang gantung itu tidak berjalan sesuai rencana, mereka dibawa ke sudut ruangan dan ditembak di kepala. [kiblat.net/ +ResistNews Blog ]
Nuri Al-Maliki dituding ingin mengambil alih pemerintahan dengan dominasi kelompok Syiah yang duduk di jajaran pemerintahan. Sejumlah anggota suku di wilayah Anbar telah memberontak terhadap pemerintah Maliki. Maliki menyalahkan pemberontakan itu kepada militan Al-Qaidah dan telah memerintahkan pasukannya untuk membombardir wilayah tersebut.
Seorang tahanan khusus yang dijatuhi hukuman mati adalah seorang warga Saudi, Abdullah al-Qahtani. Ia dipenjara karena dakwaan perampokan bersenjata di toko emas pada November 2009. Ia dituduh melakukan perampokan untuk mendanai terorisme.
Namun, Abdullah al-Qahtani kemudian terbukti sudah berada dalam tahanan polisi antara Oktober 2009 hingga April 2010 atas tuduhan imigrasi, sehingga tidak mungkin baginya untuk melakukan perampokan. Meski hal ini jelas tertera dalam surat-surat resmi pemerintah, ajalnya kian dekat menuju tiang gantungan.
Selain itu, pengacaranya menyatakan bahwa meskipun semua rekan terdakwanya kemudian menarik pengakuan mereka karena berada di bawah penyiksaan, semua rekannya dieksekusi tanpa dihiraukan penarikan kesaksiaannya.
Cara eksekusi yang dilakukan pemerintahan rezim Al-Maliki juga mengundang pertanyaan banyak pihak. Salah satu peneliti melaporkan bahwa sebaris tahanan mati telah digantung sebelum ia diberi kesempatan untuk mengatakan kata-kata terakhirnya. Namun, karena tali yang digunakan terlalu panjang, para tahanan selamat dalam upaya penggantungan yang pertama. Hal ini segera dilanjutkan oleh upaya kedua, yang sama gagalnya untuk membunuh para tahanan.
Setelah pihak rezim menyadari bahwa upaya tiang gantung itu tidak berjalan sesuai rencana, mereka dibawa ke sudut ruangan dan ditembak di kepala. [kiblat.net/ +ResistNews Blog ]