“Langkah BNPT dengan proyek counter ideology (deradikalisasi) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sasaran terbatas para tahanan teroris,” ujar Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada Okezone, Selasa (28/1/2014).
Harits mengimbuhkan, dana hibah dari asing untuk proyek "counter violent ekstrimis" di Indonesia juga tidak bisa dipertanggungjawabkan. Duit ratusan miliar dibuang hanya untuk mengkristalkan sebuah paradigma tendensius ideologi dan Islam radikal adalah akar terorisme di Indonesia.
Keprihatinan Harits di atas bukan tanpa dasar karena faktanya program deradikalisasi justru semakin mengkristalkan resistensi terhadap langkahsoft strategy kontra terorisme ini. Menurut dia, pola "adu domba" antar tokoh umat Islam jelas-jelas kontra produktif. Membuat umat Islam terpolarisasi dalam beragam sikap dan kebingungan.
“Apa yang diusung BNPT melalui tiga utusan dari Timteng untuk road show bicara di berbagai media dan event terbuka bisa jadi berpengaruh kepada masyarakat awam, tapi tidak untuk masyarakat terdidik dari kalangan muslim yang kritis,” ulasnya.
Selain mengkritik program deradikalisasi, Harits juga menyoroti pola kerja BNPT dan Satgas Penindakan yang dengan mudahnya menembak mati begitu saja para terduga teroris. Aksi sepihak ini harus dipertanggungjawabkan secara hukum karena belum tentu orang-orang yang dituding teroris bersalah.
Perlu diketahui, program deradikalisasi, salah satunya, diselenggarakan BNPT bekerjasama dengan Kementerian Agama serta Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM. Ragam kegiatan yang bertujuan mengajak umat mengamalkan Islam secara damai pun digelar secara marathon di sejumlah daerah.
Di antaranya, silaturahim dan dialog damai dengan warga binaan di Lapas-Lapas Nusakambangan dan Lapas Cipinang. Kemudian seminar internasional di Universitas Indonesia, dialog publik di televisi, dan kegiatan salat Jumat di Masjid Istiqlal.
Dalam rangkaian acara ini, pihak penyelenggara mendatangkan tiga syekh dari Timur Tengah untuk memberikan materi pendekatan dialog humanis. Yaitu, pendiri dan tokoh Jamaah Islamiyah Mesir Syekh Najih Ibrahim, tokoh Jamaah Islamiyah Syekh Hisyam Al-Najar, serta grand mufti dan otoritas fatwa Yordania, Syekh Ali Hasan Al Khalaby.
(okezone.com/ +ResistNews Blog )