ResistNews - Marah atas pertumpahan darah yang berkelanjutan di Suriah, ribuan Muslim Amerika melakukan aksi protes di luar Gedung Putih Sabtu, 17 Maret lalu, untuk menuntut tindakan internasional agar menghentikan pembunuhan warga sipil di negara Arab tersebut, The Washington Post melaporkan.
"Orang-orang sekarat, dan tak seorang pun warga di Amerika tampaknya tahu tentang hal itu," kata Raya Nashef, 13 tahun, yang berkendara dari Detroit bersama orangtuanya untuk mengikuti aksi protes.
"Saya biasa pergi ke Suriah setiap musim panas. Sangat indah, dan itu negara saya. Saya ingin segera dapat kembali ke sana.
"Saya ingin keluarga saya aman. Kami ingin meminta Gedung Putih dan dunia, mempersilakan Presiden Assad untuk mundur. "
Melambaikan poster dan bendera besar nasional berwarna putih, hijau dan hitam, para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan "Bashar harus pergi" dan "SOS, SOS."
Mereka juga bertepuk tangan dan berteriak dengan nyanyian berirama dalam bahasa Arab, mengulangi slogan-slogan seperti "Suriah di pihak kita, bukan untuk Assad," dan "Air mata kami mengalir, kami sudah membayar terlalu banyak untuk kebebasan."
Sementara menolak intervensi ala militer di Suriah seperti yang terjadi di Libya, para pengunjuk rasa meminta Washington untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada rezim Assad agar menghentikan pembunuhan warga sipil dan memungkinkan zona aman di mana bantuan darurat dapat disampaikan.
"Tingkat pembunuhan telah melebihi perang di Bosnia. Kami meminta Amerika Serikat dan dunia untuk bertindak serius untuk menyelamatkan nyawa warga, "kata Hisyam Naji, 65 tahun, seorang dokter dari Virginia Utara yang merupakan presiden regional dari Syrian American Council, sebuah kelompok advokasi nasional yang menyelenggarakan rapat umum ini.
"Jika mereka tidak ingin intervensi militer, paling tidak melakukan sesuatu untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan sampai ke warga," katanya.
Di antara hadirin terdapat juga Hamad al-Dabagh, 50 tahun, seorang dokter dari Flint, Michigan, yang membawa poster yang mengatakan ia telah kehilangan 10 kerabatnya di Suriah.
Tragedi Al-Dabagh dimulai 30 tahun yang lalu pada tahun 1982 selama pemerintahan ayah Bashar, Hafez al-Assad.
Tentara Assad membantai ayah, ibu dan delapan adik-adiknya di rumah mereka di Damaskus.
Dabagh telah menunggu 30 tahun untuk menuntut keadilan.
"Hari ini, Assad melakukan hal yang sama yang dilakukan ayahnya.
AS dan Barat sendiri telah mengesampingkan intervensi militer di Suriah ala Libya untuk menghentikan pembunuhan warga sipil oleh rezim Assad.
Posisi ini telah membuat marah banyak Suriah di Amerika Serikat.
Abu Ramy, seorang demonstran dari New Orleans, membawa poster dengan foto Obama yang berbunyi "Hidup warga Suriah berada di tangan Anda."
"Setiap kali Obama berbicara (sekitar Suriah), dia memberikan Assad lampu hijau untuk melanjutkan pembunuhan," kata Abu Ramy kepada AFP.(fq/oi/eramuslim)