Dalam setiap peristiwa yang dialami, Rasulullah saw selalu menghadapinya dengan penuh bijak dan keindahan budi. Hal ini bukan saja dimulai setelah beliau diangkat menjadi seorang Rasul, namun jauh-jauh hari sebelumnya. Selain amanah, beliau sejak belia juga dikenal sebagai orang yang jujur dan tepercaya.
Budi yang luhur ini semakin sempurna pasca beliau diutus menjadi Rasul bagi seluruh manusia. Dengan hal itu dakwah beliau agar kembali kepada ajaran Tauhid sebagaimana yang diserukan Ibrahim jauh hari sebelumnya otomatis sangat sulit untuk tidak diterima, apalagi disertai dengan dalil yang tidak terbantahkan. Hanya jiwa abnormal saja yang menolak ajakan beliau.
Dengan dukungan akhlak yang sempurna itu Rasulullah saw sukses menjelma menjadi seorang dai, murabbi dan sekaligus pemimpin. Dan Allah SWT menempatkannya sebagai teladan yang wajib diidolakan dan ditiru kaum mukminin. Dia berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [1]
Ayat ini turun di masa terjadinya perang Ahzab. Menurut Musa bin Uqbah perang tersebut terjadi pada tahun keempat Hijriah bulan Syawal. Namun Ibnu Ishaq berpendapat lain, menurutnya perang ini terjadi pada tahun kelima bulan Syawal. Dan yang valid (rajih) menurut Ibnu Hajar adalah pendapat yang pertama. [2]
Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini, “(Ayat) ini merupakan celaan bagi siapa yang menyelisihi (tidak ikut berperang bersama) Rasulullah saw. Maksudnya, sudah ada bagi kalian teladan dalam pribadi Nabi saw. Beliau keluar berperang Khandaq demi menolong agama Allah.” [3]
Ibnu Katsir mengatakan, “Ayat ini merupakan dasar pokok perintah untuk mengikuti Rasulullah saw, dalam Perkataan, perbuatan dan hal ihwalnya. Oleh karenanya Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengikuti Rasulullah saw pada saat terjadinya perang Ahzab dalam kesabaran, kesungguhan dan keteguhan beliau dalam mengharapkan pertolongan dari Rabb Azza wa Jalla. [4]
Perlu diketahui, meskipun diturunkan oleh sebab keagungan akhlak beliau dalam menghadapi suasana perang, namun ayat itu juga berlaku dalam setiap aktivitas Rasulullah saw juga wajib diteladani. Asy-Syaukani mengatakan, “Walaupun sebab diturunkannya ayat ini adalah hal yang khusus, namun ia bersifat umum dalam setiap hal.” [5]
Perilaku Umum Penegak Dakwah Islam
Dengan segala kesuksesannya, Rasulullah saw merupakan sosok ideal yang patut ditiru generasi yang bersedia untuk menegakkan dien ini. Dapat disaksikan bagaimana beliau mengatur dakwahnya dengan sempurna. Saat kondisi kaum muslimin yang belum kuat, beliau berdakwah dengan rahasia dan struktur yang rahasia pula (Sirriyatud Dakwah wat-Tandhim). Harapannya mereka dapat menjadi penolong bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengingat fanatik kekeluargaan bangsa Arab ketika itu amat kuat dan sudah menjadi tradisi.
Setelah kurang lebih tiga tahun dakwah rahasia berjalan maka strategi dakwah secara terbuka (Jahriyatud Dakwah) beliau jalani. Beliau memulai strategi ini setelah turun ayat:
فَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. 15:94)
Strategi dakwah terbuka ini turun setelah ada jaminan dari Allah kepada Rasul-Nya yang akan selalu menjaganya dari kaumnya yang selalu menyerangnya dengan bermacam fitnah. Dengan demikian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan jaminan keamanan yang didukung oleh wahyu.
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِءِينَ
“Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu).” (QS. 15:95)
Namun perlu dicatat, bahwa meski dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah dilakukan secara terbuka, struktur tetap menjadi suatu yang harus dirahasiakan. Bukti nyata dari pernyataan ini adalah kehati-hatian beliau dalam menentukan markas sebagai tempat pertemuan kaum muslimin. Karena itulah kediaman sahabat Al-Arqam bin Abu Al-Arqam yang dipilih sebagai markas.
Kedua strategi Rasulullah di atas diambil karena memang kaum muslimin dikondisikan untuk selalu menahan diri dan hanya menyampaikan dakwah. Selama kurun waktu tersebut usaha yang diprioritaskan adalah menghimpun kekuatan dengan menyatukan akidah, tujuan dan barisan kaum muslimin.
Manakala dirasa tidak ada lagi tempat yang aman di Makkah, maka diperlukan wadah baru bagi pengembangan kaum muslimin. Setelah melakukan peninjauan ke beberapa tempat, pilihan jatuh ke Yatsrib. Di sanalah tempat konsentrasi kekuatan (Concentration of Force) antara seorang pemimpin dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri dan pengikutnya.
Yatsrib atau lebih dikenal dengan Madinah berbeda dengan Makkah. Masyarakat Madinah lebih majemuk. Globalnya terdiri dari kaum muslimin, musyrikin lokal dan Yahudi. Oleh sebab itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatur hubungan dengan pelbagai lapisan masyarakat tersebut dan merekamnya dalam sebuah dokumen yang dikenal dengan Piagam Madinah. Dengan piagam itu Madinah menjelma menjadi negara hukum (constitutional state), kondisi sosio-politik dapat dikendalikan dan kaum muslimin bebas mengimplementasikan ajaran Islam secara komprehensif.
Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sadar bahwa negara yang baru terbentuk masih memerlukan perbaikan di sana-sini, apalagi kekuatan kafir di luar Madinah masih terlalu kuat dan dapat mengancam eksistensi negara Madinah itu kapan saja. Maka strategi yang diambil adalah membangun kekuatan negara dari berbagai bidangnya (Ad-Daulah wa Tatsbitu Da`aimiha), terkhusus dalam bidang militer. Setelah melihat kekuatan pasukan muslimin yang semakin maju, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengobarkan jihad dalam rangka menyebarkan Islam di penjuru bumi (Intisyaru d-Dakwah fi l-Ardl).
Jika mencermati semua jihad yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tampak bahwa di samping sebagai dai beliau juga perwujudan seorang Commander. Berbagai kemenangan yang diraih pasukan muslimin selain karena pertolongan Allah adalah berkat kepemimpinan Rasulullah yang brilian. Sejarah banyak yang mencatat akan keberanian beliau dalam menerjuni medan laga, kematangan prediksi, komit dan konsisten dalam memegang prinsip perang, tidak silau kemenangan, bekerjasama dengan bawahan, sabar, selalu menumbuhkan moril pasukannya dan tanggung jawab.
Catatan sejarah ini menghempaskan dakwaan orientalis yang mengatakan bahwa perang yang dilakukan Rasulullah saw dimotori kepentingan pribadi, golongan dan materi. Seharusnya mereka memperhatikan apa yang dikatakan Ibnu Abbas, “Demi Allah, keluarga Nabi Muhammad pernah melewati beberapa malam tanpa ada yang makanan untuk makan malam.” [6] Wal hal, tuduhan dengan menghubungkan motif materialistik dengan aktor sejarah lebih merupakan luapan kekecewaan mereka setelah melihat kesuksesan perang Rasulullah saw.
Pribadi Rasulullah saw adalah perwujudan hidup dari ajaran-ajaran Islam. Baik dalam aspek akidah, amal, pengorbanan, pembelaan dan jihad dengan harta dan raga. Beliau adalah uswah hasanah yang selalu abadi untuk segenap kaum muslimin. Beliau merupakan peraga hidup nyata akan kemuliaan akhlak. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” [7] Dan konstruksi Islam sendiri pada hakikatnya adalah mencakup akidah dan amal. Wallahu A`lam.
___________________
[1] Al-Ahzab (33):21
[2] Ibn Hajar Al Asqalani, Fathu l-Bari bi Sharhi Shahihi l-Bukhari. Vol: VIII hal: 149
[3] Al Qurthubi, Al Jami` li Ahkami l-Qur`an. Vol: XIV hal: 156
[4] Ibnu Katsier, Tafsiru l-Qur`ani l-Adzim. Vol: III hal. 443
[5] Ash Shaukani, Fathu l-Qadir. Vol: IV hal: 338
[6] Mahmud Syeit Khaththab, Baina l-Aqidah wa l-Qiyadah. Hal: 149
[7] Al-Qalam (68):4
[2] Ibn Hajar Al Asqalani, Fathu l-Bari bi Sharhi Shahihi l-Bukhari. Vol: VIII hal: 149
[4] Ibnu Katsier, Tafsiru l-Qur`ani l-Adzim. Vol: III hal. 443
[6] Mahmud Syeit Khaththab, Baina l-Aqidah wa l-Qiyadah. Hal: 149
[7] Al-Qalam (68):4
Naskah: Rudy N
Editor: Agus Abdullah
[kiblat.net/ +ResistNews Blog ]