Sebagaimana dilaporkan Guardian
(4/06) , mengutip sumber keamanan, AS melancarkan empat rudal dari
pesawat Drone dan telah menewaskan hingga 17 orang di Pakistan barat
laut, meningkatkan ketegangan hubungan antara Washington dan Islamabad.
Seperti biasanya, Amerika mengklaim operasi itu menargetkan sebuah
dusun di Waziristan Utara pada hari Senin, yang dianggap wilayah
penghubung bagi al-Qaeda dan para pejuang Taliban melancarkan
pemberontakan di kedua sisi perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Muhammad Nawaz, seorang tetua suku di Waziristan Utara mengatakan ada
peningkatan serangan drone dimana “rakyat merasa diteror karena kami
sering mendengar suara pesawat drone di langit.
Bill Roggio, seorang analis yang mengelola situs Long War Journal, mengatakan serangan-serangan tersebut menekankan
“betapa buruknya hubungan Pakistan dan AS saat ini”. “Kedelapan
serangan terakhir terjadi setelah pertemuan puncak NATO,” katanya.
“Serangan itu dihentikan dalam upaya membujuk Pakistan untuk membuka
kembali jalur pasokan tetapi ketika Pakistan tidak melakukannya, AS mengaktifkan serangan kembali.”
Serangan
membabi-buta pesawat drone ini dikecam banyak pihak. Amos Guiora
Profesor hukum di University of Utah prihatin atas kebijakan Obama
(Guardian .co.uk,2/6). Guiora mengaku “sangat prihatin” Menurutnya
metodelogi yang dipakai Amerika untuk memutuskan siapa yang dianggap
teroris adalah loosey goosey (ceroboh dan tidak tepat). Dalam daftar
pembunuhannya, pemerintahan Obama mendefinisikan militan
sebagai setiap laki-laki berusia militer yang berada di zona serangan
ketika serangan drone dilangsungkan.
Sebagian
orang melihat Obama sebagai presiden yang melihat lebih canggih pada
isu-isu terorisme dibandingkan pendahulunya, George W Bush. Namun,
Guiora malah memandangnya sama dengan Bush, hanya dia jauh lebih
antusias dalam masalah berperang dengan drone.
Sementara
itu , Bapak Pendiri program nuklir Pakistan Dr Abdul Qadir Khan
mengatakan bahwa Pakistan mampu menembak jatuh pesawat tak berawak AS
tapi perlu keberanian untuk melakukannya.
Ia
berbicara pada sebuah televisi swasta pada hari Senin saat negara
memperingati Youme-e-takbir, hari ketika Pakistan menjadi kekuatan
nuklir ketujuh dunia dan negara nuklir satu-satunya di dunia Muslim.
Khan
mengatakan, “Kami memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat
semacam itu 15 tahun lalu di laboratorium penelitian Kahuta dengan
membuat senjata berpeluncur roket.
”
Kami disiksa, kami diserang oleh pesawat drone tetapi kami tidak
melakukan apapun. Helikopter datang, melanggar kedaulatan kita, tetapi
kami tidak melakukan apapun, “kata ilmuwan nuklir itu.
“Militer kami telah mengambil sumpah bagi pertahanan negara, apa yang terjadi sumpah itu?” tambah Khan (AF/RZ)