Lidiya Guryeva (kiri) dan Rektor MSU Lou Ann K Simon (kanan). (Foto: dailymail) |
ResistNews - PERGURUAN - perguruan tinggi di Amerika Serikat (AS) telah disusupi oleh mata-mata dari berbagai negara yang menyamar sebagai mahasiswa dan dosen. Misi mereka adalah mencuri rahasia pemerintah dan beragam teknologi terbaru untuk dibawa kembali ke negaranya.
Tidak diketahui pasti berapa banyak agen mata-mata asing yang menjadikan status pelajar internasional sebagai kedok. Mereka berbaur dengan para mahasiswa dalam bidang studi sains, teknologi, dan teknik di AS.
Setidaknya ada tiga negara pemain besar dalam skema mata-mata ini yakni China, Rusia, dan Iran. China misalnya, menempatkan para agennya di kampus untuk mendapatkan beragam informasi rahasia dari negara ataupun perusahaan sepanjang 2009 dan 2010. Upaya serupa yang dilakukan oleh negara-negara Timur Tengah meningkat tahun lalu.
"Kami memiliki intelijen dan kasus-kasus yang mengindikasikan bahwa kampus-kampus AS menjadi target operasi mata-mata internasional," kata Direktur Kontraintelijen FBI Frank Figliuzzi kepada Bloomberg seperti dilansir Daily Mail, Selasa (10/4/2012).
Salah satu contoh kasus ini di AS adalah tertangkapnya agen mata-mata Rusia yang menyamar di kampus AS pada 2010. Lidiya Guryeva alias Cynthia Murphy, yang tinggal di daerah suburban Montclair, New Jersey, memiliki beberapa gelar akademik dari berbagai perguruan tinggi elite seperti Columbia University dan New York University (NYU).
Guryeva menerima instruksi untuk tidak hanya mendekati profesor yang dapat membantunya mencari kerja dan yang akan atau sudah memiliki akses terhadap informasi-informasi rahasia. Guryeva juga diminta mencari sasaran potensial untuk direkrut menjadi mata-mata.
Salah satu peran Iran dalam kasus mata-mata akademik ditunjukkan pada 2009. Ketika Michigan State University (MSU) berjuang untuk membuka kampusnya di Dubai, sebuah perusahaan Arab menawarkan bantuan dana pendidikan. Tetapi, ketika rektor MSU Lou Anna K Simon mengontak CIA, merea mendapat informasi bahwa ada kemungkinan perusahaan itu, yang memiliki banyak investor Iran, sesungguhnya adalah milik pemerintah Iran.
Simon akhirnya membatalkan perjanjian tersebut dan menutup kampus mereka di Dubai, meski karena hal itu mereka merugi gingga USD3,7 juta.
Dalam kegiatan mata-mata di Kampus, China menjadi jawaranya. Mereka memiliki satuan tentara mata-mata pelajar. Beberapa di antaranya adalah pelajar yang dipaksa memata-matai, sebagian lainnya adalah agen rahasia yang menyamar sebagai pelajar.
Salah satu profesor, Daniel J Scheeres, pernah merekrut seorang mahasiswa bernama Yu Xiaohong untuk belajar bersamanya di University of Michigan. Scheeres, yang mempelajari pergerakan dan kontrol kapal angkasa dan objek di luar angkasa ini, mendaftarkan Xiaohong sebagai warga negara China dalam latar belakang penelitiannya.
Scheeres tidak pernah curiga bahwa Xiaohong terkait dengan militer China. Namun, dalam dokumen kemahasiswaannya di AS, Xiaohong menuliskan Academy of Equipment Command & Technology sebagai rumahnya. Akademi ini adalah tempat generasi muda China dilatih menjadi kadet dan pejabat militer. Xiaohong juga menulis artikel tentang meningkatkan keakuratan senjata antisatelit China.
Ketika Xiaohong terus mendesak Scheeres untuk mengungkapkan rahasia penelitiannya, Scheeres pun menyadari bahwa minat Xiaohong bukanlah pada keberlangsungan umat manusia.
Berbagai agensi mata-mata asing juga mencari cara untuk mengeksploitasi para pelajar AS di negara mereka untuk dijadikan mata-mata. Seperti yang dialami Glenn Duffie Shriver. Alumnus Grand Valley State University di Allendale, Michigan, ini menempuh pendidikan lanjutan di East China Normal University di Shanghai.
Setelah Shriver lulus, pemerintah China memberinya uang lebih dari USD70 ribu dan mengirimnya kembali ke AS. Di kampung halamannya, Shriver pun melamar untuk CIA. Rencananya, jika diterima, dia akan menjual rahasia negara ke China. Shriver yang mengakui kejahatannya pada 2011 lalu ini pun dipenjara selama empat tahun di penjara federal.(rfa)
Tidak diketahui pasti berapa banyak agen mata-mata asing yang menjadikan status pelajar internasional sebagai kedok. Mereka berbaur dengan para mahasiswa dalam bidang studi sains, teknologi, dan teknik di AS.
Setidaknya ada tiga negara pemain besar dalam skema mata-mata ini yakni China, Rusia, dan Iran. China misalnya, menempatkan para agennya di kampus untuk mendapatkan beragam informasi rahasia dari negara ataupun perusahaan sepanjang 2009 dan 2010. Upaya serupa yang dilakukan oleh negara-negara Timur Tengah meningkat tahun lalu.
"Kami memiliki intelijen dan kasus-kasus yang mengindikasikan bahwa kampus-kampus AS menjadi target operasi mata-mata internasional," kata Direktur Kontraintelijen FBI Frank Figliuzzi kepada Bloomberg seperti dilansir Daily Mail, Selasa (10/4/2012).
Salah satu contoh kasus ini di AS adalah tertangkapnya agen mata-mata Rusia yang menyamar di kampus AS pada 2010. Lidiya Guryeva alias Cynthia Murphy, yang tinggal di daerah suburban Montclair, New Jersey, memiliki beberapa gelar akademik dari berbagai perguruan tinggi elite seperti Columbia University dan New York University (NYU).
Guryeva menerima instruksi untuk tidak hanya mendekati profesor yang dapat membantunya mencari kerja dan yang akan atau sudah memiliki akses terhadap informasi-informasi rahasia. Guryeva juga diminta mencari sasaran potensial untuk direkrut menjadi mata-mata.
Salah satu peran Iran dalam kasus mata-mata akademik ditunjukkan pada 2009. Ketika Michigan State University (MSU) berjuang untuk membuka kampusnya di Dubai, sebuah perusahaan Arab menawarkan bantuan dana pendidikan. Tetapi, ketika rektor MSU Lou Anna K Simon mengontak CIA, merea mendapat informasi bahwa ada kemungkinan perusahaan itu, yang memiliki banyak investor Iran, sesungguhnya adalah milik pemerintah Iran.
Simon akhirnya membatalkan perjanjian tersebut dan menutup kampus mereka di Dubai, meski karena hal itu mereka merugi gingga USD3,7 juta.
Dalam kegiatan mata-mata di Kampus, China menjadi jawaranya. Mereka memiliki satuan tentara mata-mata pelajar. Beberapa di antaranya adalah pelajar yang dipaksa memata-matai, sebagian lainnya adalah agen rahasia yang menyamar sebagai pelajar.
Salah satu profesor, Daniel J Scheeres, pernah merekrut seorang mahasiswa bernama Yu Xiaohong untuk belajar bersamanya di University of Michigan. Scheeres, yang mempelajari pergerakan dan kontrol kapal angkasa dan objek di luar angkasa ini, mendaftarkan Xiaohong sebagai warga negara China dalam latar belakang penelitiannya.
Scheeres tidak pernah curiga bahwa Xiaohong terkait dengan militer China. Namun, dalam dokumen kemahasiswaannya di AS, Xiaohong menuliskan Academy of Equipment Command & Technology sebagai rumahnya. Akademi ini adalah tempat generasi muda China dilatih menjadi kadet dan pejabat militer. Xiaohong juga menulis artikel tentang meningkatkan keakuratan senjata antisatelit China.
Ketika Xiaohong terus mendesak Scheeres untuk mengungkapkan rahasia penelitiannya, Scheeres pun menyadari bahwa minat Xiaohong bukanlah pada keberlangsungan umat manusia.
Berbagai agensi mata-mata asing juga mencari cara untuk mengeksploitasi para pelajar AS di negara mereka untuk dijadikan mata-mata. Seperti yang dialami Glenn Duffie Shriver. Alumnus Grand Valley State University di Allendale, Michigan, ini menempuh pendidikan lanjutan di East China Normal University di Shanghai.
Setelah Shriver lulus, pemerintah China memberinya uang lebih dari USD70 ribu dan mengirimnya kembali ke AS. Di kampung halamannya, Shriver pun melamar untuk CIA. Rencananya, jika diterima, dia akan menjual rahasia negara ke China. Shriver yang mengakui kejahatannya pada 2011 lalu ini pun dipenjara selama empat tahun di penjara federal.(rfa)