Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton membantah bahwa hubungan bilateral AS dan Israel tengah berada dalam masa krisis, terkait dengan masalah pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur terjajah.
Clinton menambahkan, Amerika Serikat dan Israel memiliki ikatan yang erat dan tidak tergoyahkan. Namun, ia juga mengatakan AS ingin Israel dan Palestina memenuhi komitmen masing-masing untuk menuju arah perdamaian.
Sebelumnya, utusan khusus AS George Mitchell menunda rencana kunjungan ke Israel.
Ketegangan di Yerusalem berujung pada bentrokan antara ratusan orang warga Palestina dan aparat kepolisian Israel.
Polisi Israel mengatakan bahwa ada 60 orang warga Palestina yang ditangkap, para praktisi medis mengatakan bahwa ada sejumlah orang yang mengalami luka-luka.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mendesak kedua kubu untuk menahan diri, demikian dilansir oleh kantor berita AFP. Selain itu Ban juga kembali menegaskan bahwa status akhir Yerusalem haruslah ditentukan melalui negosiasi
Israel membuat "geram" Washington kala mengumumkan rencana pembangunan 1.600 unit rumah baru di Yerusalem Timur terjajah, bersamaan dengan waktu kunjungan Wakil Presiden Joe Biden di tanah Palestina terjajah minggu lalu untuk mencoba memulai kembali proses negosiasi perdamaian yang terhenti.
Duta besar Israel untuk AS, Michael Oren, dikutip oleh media Israel pada hari Senin lalu saat menyatakan bahwa hubungan antara AS dan Israel mencapai "titik terendah" sejak tahun 1975.
Ketika ditanya apakah memang benar hubungan AS dan Israel mencapai "titik terendah", Clinton menjawab: "Saya tidak percaya (omongan) itu."
Menurut Clinton, Washington tetap berkomitmen penuh terhadap keamanan Israel.
Namun, ia menambahkan, AS tidak selalu sejalan dengan sekutu internasionalnya tersebut dalam segala hal, dan AS telah menunjukkan "kecemasan" dan "kekecewaan" terhadap Israel terkait kejadian pekan lalu.
Komentar Clinton tersebut mendapatkan sambutan dari Israel. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, "Israel menghargai dan menghormati kata-kata hangat dari Clinton mengenai ikatan erat antara AS dan Israel, serta komitmen AS terhadap keamanan Israel."
Pekan lalu, Clinton menyebut pengumuman pembangunan pemukiman tersebut "menghina" AS dan, dalam sebuah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, ia mendesak Israel mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian.
AS mengatakan pihaknya masih menunggu tanggapan "formal" dari Israel untuk menjawab "kekhawatiran" tersebut.
George Mitchell sedianya akan bertemu Presiden Israel Shimon Peres pada hari Selasa, namun perjalanan tersebut ditunda tanpa batasan waktu yang jelas, kata para pejabat.
Juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip Crowley, mengatakan Mitchell tidak akan bertemu pemimpin Israel maupun Palestina sebelum pertemuan Kuartet Timur Tengah di Moskow pada hari Jumat mendatang, namun proses dialog tersebut dapat dijadwalkan ulang pada lain waktu.
Ketegangan di Yerusalem Timur semakin memuncak dalam beberapa hari terakhir seiring dengan masalah pemukiman dan pembukaan kembali sebuah sinagog di kota tua Yerusalem. Sebuah langkah yang amat provokatif, karena jaraknya tidak jauh dari Masjid Al-Aqsa.
Hatem Abdul Qader, juru bicara pemerintah Palestina untuk urusan Yerusalem, mengatakan: "Sinagog ini akan menjadi awal dari kekerasan, fanatisme religius, dan ekstremisme." (dn/bc/wp) www.suaramedia.com