ResistNews - Sejumlah pejabat Arab Saudi menyatakan bahwa negaranya sedang
bersiap-siap untuk membayar gaji Angkatan Bersenjata Bebaskan Suriah
(FSA) sebagai sarana untuk mendorong pembelotan massal melawan tekanan
militer rezim Assad, Guardian melansir Jumat (22/6/2012).
Langkah tersebut, yang telah dibahas antara Riyadh dan pejabat senior
di AS dan dunia Arab, diyakini akan mendapatkan momentum saat munculnya
kabar bahwa baru-baru ini Arab Saudi dan Qatar mengirimkan senjata pada
FSA.Para pejabat di ibukota Saudi memunculkan ide pada bulan Mei, menurut sumber di tiga negara Arab. Pada waktu yang sama bantuan senjata mulai mengalir di perbatasan Turki selatan ke tangan militer pemberontak di Suriah.
Turki juga telah memungkinkan pembentukan pusat komando di Istanbul yang merupakan jalur pasokan dengan berkoordinasi dengan para pemimpin FSA dalam wilayah Suriah. Badan bentukan negara asing ini dilansir memiliki 22 orang sebagai stafnya, kebanyakan dari mereka warga negara Suriah.
Guardian melaporkan langsung peristiwa penyerahan senjata pada awal Juni di dekat perbatasan Turki. Lima orang berpakaian ala Teluk Arab tiba di kantor polisi di desa perbatasan Altima di Suriah dan senjata tersebut ditransfer dari kota Reyhanli di Turki yang terdiri dari sekitar 50 kotak senapan dan amunisi, serta sejumlah besar obat-obatan.
Orang-orang itu diperlakukan dengan hormat oleh para pemimpin FSA. Dan tidak hanya itu, merekapun menyerahkan buntalan besar uang tunai. Mereka juga menerima dua tahanan yang ditahan oleh pemberontak, yang diduga anggota milisi pro-rezim, Shabiha.
Langkah untuk membayar gaji pasukan gerilya 'dipandang sebagai kesempatan untuk memanfaatkan rasa percaya diri para pemberontak dalam menghadapi invasi dari militer pro rezim.
Belum jelas berapa jumlah gaji yang akan ditanggung oleh Saudi. Namun sejumlah media menyatakan bahwa kemungkinan besar gaji tersebut akan dibayarkan dolar AS atau euro. (althaf/arrahmah.com)