"Menurut perjanjian yang dibuat oleh departemen terkait di tingkat yang lebih tinggi, biro polisi gabungan kami akan memeriksa semua bangunan," kata seorang polisi .
"Jika ada keluarga yang tidak membuka pintu mereka, dan enggan bekerja sama, kami akan memaksa mereka, dan segala akibat yang dihasilkan akan menjadi tanggung jawab warga sendiri," lanjutnya.
Polisi di biro Gujiangbage membenarkan pencarian tersebut ketika dihubungi oleh AFP.
"Kebanyakan warga bisa bekerja sama, tetapi ada sebagian yang tidak bisa," kata seorang polisi kepada AFP. "Sejauh ini saya tidak mengetahui adanya polisi yang dengan paksa memasuki rumah warga," katanya sebelum tiba-tiba menutup telepon.
Menurut polisi Hetian, 12 anak-anak terluka ketika "tersangka" memicu bom pembakar di sekolah Islam Gujiangbage saat polisi menyerbu gedung tersebut pada tanggal 6 Juni untuk "membebaskan" para pemuda.
Tiga tersangka ditangkap, kata polisi pada saat itu.
Namun demikian, masyarakat Uighur membantah kabar versi otoritas Cina tersebut. Menurut penuturan mereka, polisi yang terlebih dahulu melemparkan gas air mata ke dalam sekolah. (althaf/arrahmah.com)