Mahathir Mohamad menyampaikan pidato dalam Konferensi Umum Mendukung Al Quds (Yerusalem) untuk memberikan sertifikat penghargaan kepada sembilan warga Palestina yang merupakan bagian dari konvoi bantuan kemanusiaan Viva Palestina.
Ia meyakini bahwa serangan teroris itu adalah drama untuk melancarkan serangan terhadap dunia Islam dan bahwa terdapat bukti kuat akan hal itu.
"Di bulan September 2001, World Trade Centre diserang oleh teroris. Sekarang saya tidak yakin bahwa Muslim melakukan serangan tersebut. Terdapat bukti kuat bahwa serangan itu direkayasa. Jika mereka bisa membuat Avatar, mereka bisa membuat apa saja," ujar Mahathir.
Mantan perdana menteri ini juga mengatakan bahwa membunuh orang-orang yang tak bersalah demi menyediakan alasan untuk melakukan perang bukan hal baru bagi AS, "Namun terlepas dari rekayasa atau bukan, serangan 11 September telah melayani kepentingan AS dan negara-negara Barat dengan baik. Mereka memiliki alasan untuk melancarkan serangan terhadap dunia Muslim," seperti dilaporkan oleh The Malaysia Sun.
Dalam pidatonya, ia mengkritik Presiden Barack Obama karena tidak mewujudkan janji-janjinya dalam membantu Asia Barat, termasuk sebuah solusi terhadap konflik antara Israel dan Palestina, menambahkan bahwa Obama berjanji untuk keluar dari Afghanistan namun sebaliknya malah menambah jumlah pasukan di kawasan itu dan juga tidak menutup fasilitas penahanan di Guantanamo, seperti dilaporkan oleh Asia One News.
"Cukup mudah untuk berjanji selama kampanye, namun kalian tidak tahu ada kekuatan di AS yang mencegah Presiden melakukan beberapa hal tertentu. Salah satu dari kekuatan itu adalah lobi Yahudi."
Mahathir Mohamad menambahkan bahwa ketidakadilan paling besar yang dilakukan terhadap rakyat adalah merampas tanah mereka dan memberikannya pada kaum Yahudi.
Lebih jauh lagi ia menekankan bahwa opini publik dari sebuah negara yang berkuasa tidak boleh mencegah Malaysia membantu Palestina sebanyak yang mereka mampu.
"Kita hidup di sebuah dunia yang separuhnya beradab. Saya mengatakan ini karena kita masih mempercayai bahwa cara untuk menyelesaikan konflik antar bangsa adalah dengan membunuh orang dalam apa yang disebut sebagai perang. Pemenangnya adalah yang berhasil membunuh paling banyak orang. Meski demikian, kita dengan berapi-api mengumumkan bahwa mencabut nyawa seseorang adalah tindak pembunuhan, sebuah kejahatan buruk yang pantas mendapat hukuman seberat-beratnya. Kita menjadi orang munafik secara terang-terangan."
Mantan perdana menteri ini juga mengatakan bahwa Israel didirikan untuk menyelesaikan "masalah Yahudi" di Eropa, menambahkan bahwa Holocaust gagal memberikan solusi akhir untuk komunitas itu. Mahathir berargumen bahwa penciptaan negara Yahudi itu diputuskan setelah Eropa gagal membantai komunitas tersebut.
"Kaum Yahudi selalu menjadi masalah di negara-negara Eropa. Mereka harus dibatasi di wilayah kumuh dan dibantai secara periodik. Namun mereka masih tetap ada, mereka berkembang dan membuat pemerintah harus menebusnya."
"Bahkan setelah pembantaian oleh Nazi Jerman, mereka terus bertahan menjadi sumber masalah yang bahkan lebih besar bagi dunia. Holocaust gagal menjadi solusi," ujar mantan pemimpin Malaysia yang terkenal akan sikap anti-Barat dan anti-Zionisnya saat masih berkuasa selama 22 tahun, hingga Oktober 2003. (rin/mi/ao) www.suaramedia.com