+ResistNews Blog - Amerika Serikat menekan oposisi Suriah menghadiri perundingan di Jenewa Jumat besok tanpa mengajukan syarat. Washington mengatakan kepada oposisi bahwa ini merupakan “kesempatan bersejarah.”
“Faksi-faksi oposisi Suriah memiliki kesempatan bersejarah untuk menghadiri perundingan Jenewa dan melakukan upaya serius untuk menerapkan gencatan senjata, memungkinkan bantuan masuk dan lainnya yang dapat membangun kepercayaan,” kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, Mark Toner, Rabu (27/01).
“Semua itu harus dilakukan tanpa syarat,” tegas Toner menambahkan.
Sebaliknya, Koordinator Umum Oposisi Suriah Riyadh Hijab mengatakan bahwa perdebatan tentang undangan dan orang-orang yang mewakili oposisi dalam perundingan Jenewa disebabkan upaya rezim Suriah mengganggu proses politik.
Dia menjelaskan, rezim masih mempertanyakan tokoh-tokoh oposisi yang dilibatkan dalam negosiasi dan meragukan tekan oposisi memerangi “terorisme”. Upaya-upaya seperti ini, tegasnya, sengaja dilakukan rezim untuk menghambat proses politik dan untuk menghindari perpindahan kekuasaan serta mengambil manfaat di lapangan.
Sementara itu, juru bicara Otoritas Tinggi Oposisi Riyadh Nassan Agha menegaskan bahwa oposisi tidak akan menghadiri negosiasi kecuali setelah ada balasan klarifikasi yang diminta oleh utusan PBB Staffan de Mistura. Syarat ini dipermasalahkan oleh AS.
Seperti dijadwalkan, pertemuan Jenewa untuk membahas perdamaian di Suriah kembali digelar Jumat besok. Pembicaraan ini dihadiri negara-negara pendukung dan penentang rezim Bashar Assad.
Pembicaraan ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan sebelumnya, yang menyepakati solusi politik untuk krisis Suriah. Nampaknya, kesepakatan itu ditentang oleh banyak pejuang Suriah di lapangan karena dianggap menguntungkan rezim. Mereka juga merasa solusi itu hanya menyia-nyiakan darah warga Suriah selama empat tahun. [Al-Jazeera/kiblat.net/ +ResistNews Blog ]
“Faksi-faksi oposisi Suriah memiliki kesempatan bersejarah untuk menghadiri perundingan Jenewa dan melakukan upaya serius untuk menerapkan gencatan senjata, memungkinkan bantuan masuk dan lainnya yang dapat membangun kepercayaan,” kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, Mark Toner, Rabu (27/01).
“Semua itu harus dilakukan tanpa syarat,” tegas Toner menambahkan.
Sebaliknya, Koordinator Umum Oposisi Suriah Riyadh Hijab mengatakan bahwa perdebatan tentang undangan dan orang-orang yang mewakili oposisi dalam perundingan Jenewa disebabkan upaya rezim Suriah mengganggu proses politik.
Dia menjelaskan, rezim masih mempertanyakan tokoh-tokoh oposisi yang dilibatkan dalam negosiasi dan meragukan tekan oposisi memerangi “terorisme”. Upaya-upaya seperti ini, tegasnya, sengaja dilakukan rezim untuk menghambat proses politik dan untuk menghindari perpindahan kekuasaan serta mengambil manfaat di lapangan.
Sementara itu, juru bicara Otoritas Tinggi Oposisi Riyadh Nassan Agha menegaskan bahwa oposisi tidak akan menghadiri negosiasi kecuali setelah ada balasan klarifikasi yang diminta oleh utusan PBB Staffan de Mistura. Syarat ini dipermasalahkan oleh AS.
Seperti dijadwalkan, pertemuan Jenewa untuk membahas perdamaian di Suriah kembali digelar Jumat besok. Pembicaraan ini dihadiri negara-negara pendukung dan penentang rezim Bashar Assad.
Pembicaraan ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan sebelumnya, yang menyepakati solusi politik untuk krisis Suriah. Nampaknya, kesepakatan itu ditentang oleh banyak pejuang Suriah di lapangan karena dianggap menguntungkan rezim. Mereka juga merasa solusi itu hanya menyia-nyiakan darah warga Suriah selama empat tahun. [Al-Jazeera/kiblat.net/ +ResistNews Blog ]