Chusnul berpendapat, jika koalisi dilakukan sebelum pemilu legislatif, maka dasar ideologi punya peran besar. Fakta lapangan menunjukkan bahwa Parpol lebih memilih untuk memutuskan partner koalisi paska Pileg adalah indikator pudarnya peran ideologi.
“Koalisi yang dibentuk paska Pileg, hitung-hitungannya adalah soal kepentingan dan keuntungan masing-masing Parpol,” ungkap Chusnul dalam acara konferensi pers di PP Muhammadiyah Jakarta (15/05).
Sebagai pengajar ilmu politik di Universitas Indonesia, Chusnul menilai lambatnya Parpol dalam menentukan mitra koalisi berefek buruk bagi masyarakat. Rakyat hanya disuguhi informasi tarik ulur kepentingan koalisi tanpa tahu visi dan misi calon pemimpinnya.
“Yang dibutuhkan masyarakat dalam memilih adalah visi dan misi kepemimpinan, tapi sampai sekarang parpol masih sibuk mengurus koalisi,” ujarnya. [Islampos/ +ResistNews Blog ]