-->

Awan Gelap di Allepo, Fase Baru Jihad Suriah?


JIHAD Suriah telah memasuki fasenya yang baru, sebagaimana fase jihad yang pernah berlangsung di negara-negara lain sebelumnya, di Afghanistan era 90-an dan di Irak era 2006-an. Jika aksi damai rakyat Suriah, yang umumnya lantaran protes terhadap kasus anak-anak usia SD yang menuliskan kata-kata revolusi yang sering mereka saksikan dilakukan oleh anak-anak seusia mereka di negara Arab, lalu ditanggapi dengan timah panas dapat dianggap sebagai fase awal pra-jihad atau persiapan jihad.

Kemudian diikuti dengan aksi-aksi jihad melawan rezim Syiah Nushairiyah yang dilakukan hampir oleh sebagian besar rakyat Suriah, dari lapisan rakyat biasa hingga para pejabat dan petinggi militernya, dan juga dari kalangan aktifis Islam yang memang sudah lama menantikan ‘kemerdekaan’ hingga kelompok nasionalis, bahkan liberalis, sebagai fase kedua.

Maka saat ini, fase baru, fase yang ketiga, merupakan fase bentrokan antara sesama pejuang. Mereka yang dahulu seluruhnya sepakat untuk hanya mengarahkan moncong senjata mereka kepada rezim dan pendukungnya, kini telah mulai mengarahkannya pada sesama mereka. Mereka yang dahulu bisa duduk mesra untuk merencanakan penyerangan bersama terhadap rezim, kini telah saling merebut markasmarkas dan tempat-tempat checkpoint. Dan mereka yang dahulu mereka bahagia dengan kedatangan ‘saudara’ muhajirin mereka, kini sudah mulai menganggap mereka sebagai ancaman.

Inilah wajah baru fase jihad kini. Dalam pemberitaannya mengenai konflik ini, media seakan-akan mengesankan bahwa konflik tersebut mengerucut pada pemicu konflik yaitu Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS).

Secara garis besar, ada dua pendapat yang menjelaskan penyebab mengapa konflik internal ini terjadi. Pendapat pertama, karena kesalahan langkah strategi dan kebijakan yang diambil oleh ISIS dalam beberapa permasalahan, sikap ISIS yang agak keras dalam menerapkan syariat Islam, dan keengganan ISIS untuk menyelesaikan masalah tersebut pada mahkamah bersama atau mahkamah independen. Pendapat kedua, konflik tersebut terjadi disebabkan konspirasi internasional terhadap gerakan jihad global, terkhusus pada ISIS, kelompok jihadi yang bermanhajAl-Qaidah meskipun tidak berafiliasi langsung padanya, meski tanpa menafikan beberapa kasus kesalahan dan kesalahpahaman ISIS dengan kelompok-kelompok lainnya.

Isu pertikaian antara sesama jihadi dijadikan tangga untuk menyerang kelompok jihad Islam yang terkuat, kemudian menyerang kelompok jihad islam secara keseluruhan. Tujuan utama konspirasi ini adalah untuk menyematkan label ‘teroris’ pada gerakan jihadi Islam di Suriah, selain juga untuk mengamankan rencana pembentukan negara Syiah Nushairiyah yang menguasai wilayah-wilayah pesisir (yang memasukkan propinsi-propinsi: Homs, Hama, Idlib, Latakia, Liwa’ Iskandarun, Thurthus, Damaskus, dan Quneitra). Dengan demikian, Ahlus Sunnah di Suriah akan dikepung oleh negara-negara Syiah, Syiah Rafidhah Irak di sebelah timur dan Syiah Nushairiyah di sebelah Barat.

Di kalangan jihadi, isu-isu ini mulai terangkat luas ke permukaan ketika Dr. Yusuf Al-Ahmad menulis sebuah surat terbuka kepada Abu Bakar Al-Baghdadi dan Hassan Abbud secara khusus, kemudian kepada para pejuang di Suriah, yang intinya untuk mengakhiri pertikaian dan bentrokan berdarah antara sesama pejuang pada umumnya, terkhusus sesama jihadis, dan usulan untuk membentuk Dewan Syariat yang mengikat seluruh kelompok-kelompok pejuang.

Dengan berbagai interpretasi, ide Dr. Yusuf Al-Ahmad ini mendapat pro dan kontra. Kemudian dilanjuti oleh Dr. Abdullah Al-Muhaisini dengan Mubaadarah Al-Ummah-nya yang pada intinya hampir sama dengan ide Dr. Yusuf Al-Ahmad, yaitu berupa ajakan untuk menghentikan adu tembak dan segera untuk membentuk Dewan Syariat Independen untuk mengadili peristiwa-peristiwa tersebut. Meski tidak dinafikan, bahwa media-media mainstreamanti-jihadi justru lebih dominan untuk menyebarkan dan membebarkan konflik internal jihadi tersebut, yang sering kali lebih fokuskan kepada konflik pejuang oposisi dan Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS).

Aleppo, itulah nama provinsi tempat terjadinya fase baru jihad ini. Kota yang dalam bahasa Arab dikenal dengan Halab ini, telah menjadi saksi bisu atas berbagai peristiwa itu semua. Lantaran peristiwa di sana yang terjadi akhir-akhir inilah, para ulama jihadi dan pro proyek Daulah Islamiyah dan Khilafah Islamiyahmemberikan arahan-arahan mereka. Mulai dari pimpinan Al-Qaidah pusat Dr. Aiman Azh-Zhawahiri, pimpinan Jabhah Nushrah yang merupakan cabang resmi Al-Qaidah di Syam, Abu Muhammad Al-Julani, pimpinan dan juru bicara Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) yang dikenal memiliki link dengan Al-Qaidah, Abu Bakar Al-Baghdadi dan Abu Muhammad Al-‘Adnani, ulama jihadi yang berada dalam pelarian seperti Abu Bashir Ath-Thurthusi dan Husein bin Mahmud, dan ulama jihadi yang sedang mendekam dalam jeruji besi seperti Abu Muhammad Al-Maqdisi dan Abu Qatadah Al-Filishthini, hingga beberapa pengamat dan peneliti pergerakan Islam seperti Dr. Akram Hijazi, Dr. Hani As-Siba’i, dan Dr. Iyad Qunaibi. [islampos.com/ +ResistNews Blog ]