-->

Catatan Sesudah Serangan Zionis ke Gaza Nopember 2012

Oleh: Shofwan Al Banna, Penanggung Jawab Sahabat Al-Aqsha* Jepang
PERTENGAHAN Nopember lalu, barangkali tak ada yang membayangkan bahwa ‘mimpi buruk’ yang ditebarkan oleh pasukan zionis justru melahirkan kesempatan baru. Setelah beberapa tahun diblokade total, gencatan senjata yang mengakhiri upaya genosida “Pillar of Defense” mengendurkan kurungan tentara zionis.

Abu Alaa Al-’Amoudi, seorang nelayan Gaza, menyatakan kegembiraannya karena untuk pertama kalinya sejak tahun 2000 mereka dapat mencari ikan sampai sejauh 6 mil dari pantai Gaza.[1]

Kegembiraan yang sama juga nampak di antara para petani Gaza yang akhirnya dapat kembali menggarap tanah-tanah mereka yang sejak tahun 2000 secara sepihak disebut sebagai “buffer zone” –wilayah Gaza di sekeliling perbatasan yang diduduki tentara pendudukan zionis.

Sebelum Israel mundur November ini, masuk wilayah ini berujung pada berondongan brutal yang tidak mengenal belas kasihan.

Jaber Abu Ragaleh, seorang petani, mengungkapkan kegembiraannya: “Kami semua mensyukurinya. Semua orang, pemuda-pemudi, orang tua, sekarang berjalan di tanah kami di sekeliling pagar perbatasan. Saya sekarang berada di dekat pagar… ada banyak hal yang harus kami lakukan untuk memperbaiki kehancuran yang ditimbulkan oleh penjajahan, tapi kami akan menggemburkan lahan dan menanaminya. Kami akan memperbarui lahan pertanian ini sampai ia kembali seperti semula. Ini lebih baik daripada liburan!”[2]

Segala puji bagi Allah, tekad zionis untuk ‘meratakan’ Gaza tanpa menyisakan apa pun[3] justru berbuah kebaikan bagi Gaza. Dalam konteks ini, penting untuk bersyukur. Kesyukuran adalah kewajiban dan keajaiban dari orang-orang yang beriman.

Mengepakkan Sayap Keajaiban
Namun, satu keajaiban yang lain tak boleh dilupakan: kesabaran. Perjuangan belum usai. Kerusakan yang ditimbulkan oleh pasukan zionis masih menganga.


(Kiri) Jenazah empat anak keluarga Al-Dallou, termasuk Sarah di tengah atas, yang terbunuh dalam serangan zionis atas Jalur Gaza, 18 Nopember 2012. (Kanan) Kursi dibiarkan kosong ditulisi “Sang Siswi Syahidah Sarah Al-Dallou”, saat sekolah dibuka kembali di Gaza. foto: Maan News/Ismael Fadel

Meja sekolah Sarah Dalou, seorang perempuan kanak-kanak, kini masih dikosongkan untuk mengenang kekejian pasukan zionis yang tanpa ampun membunuh anak kecil ini dan seluruh keluarganya.

Serangan yang berlangsung dari tanggal 14-21 November kemarin mengantarkan 162 Muslim Palestina menjadi syuhada’ (insyaAllah), termasuk puluhan anak-anak dan perempuan.

Sebanyak 1200 lebih warga terluka akibat bombardir dari mesin-mesin yang digerakkan oleh orang-orang yang lebih tak memiliki perasaan daripada mesin.

Lebih dari 10.000 orang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. Gaza yang bertahun-tahun dikurung juga masih mengalami kesulitan untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar, mulai dari makanan sampai obat-obatan.[4]

Tentu saja, kita juga tak boleh lupa untuk mengingat bahwa kekejian yang ditebarkan pasukan zionis November ini hanyalah satu episode pendek dari parade kekejaman yang berlangsung sejak menjelang diproklamasikannya negara zionis.

Sejak September tahun 2000 sampai agustus 2012 (sebelum upaya pembantaian berjudul Pillar of Defense dilakukan), tercatat sebanyak 6.617 orang Palestina yang tewas. Di antara jumlah itu, 1.477-nya adalah anak-anak.[5] Hampir semua terbunuh di wilayahnya sendiri.

Ini baru dari tahun 2000 dan dengan estimasi yang minimal, tidak memasukkan mereka yang meninggal dalam perawatan atau karena luka yang diderita akibat serangan zionis.[6] Selain itu, hampir 60.000 orang terluka akibat serangan zionis dan 6000 lainnya ditawan di penjara zionis.[7]

Perluasan daerah penjajahan juga masih berlangsung. Sejak tahun 1967, hampir sebanyak 25 ribu rumah Palestina dihancurkan (tentu kamp pengungsian tak dimasukkan “rumah”). Di atas reruntuhan itu, negara zionis membangun rumah-rumah dan berbagai fasilitas untuk  warga zionis yang diundang dari seluruh penjuru dunia.

Sampai Agustus tahun ini, tercatat ada 236 pemukiman khusus Yahudi di wilayah yang dirampas. Hal ini jelas merupakan pelanggaran terhadap berbagai perjanjian damai yang pernah disepakati.

Karena itu, kita semua juga harus bersiap-siap bahwa negara zionis akan segera mengkhianati perjanjian gencatan senjata kali ini. Raid Abu Odai, seorang nelayang, mengaku bahwa ia dan kawan-kawannya ditembaki oleh tentara zionis saat akan mencari ikan sekitar 7 mil dari pantai.[8]

Sehari setelah perjanjian gencatan senjata, Israel sudah membunuh Abdul Hadi Qudaih, 21 tahun, di buffer zone yang sudah disepakati dibebaskan.[9] Ahmad Ja’bari, seorang pemimpin HAMAS yang dibunuh oleh zionis dalam operasi pembantaian kemarin tepat setelah ia menerima draft gencatan senjata yang negara zionis terlibat di dalamnya.[10]

Kesyukuran atas kemenangan kecil ini tak boleh membuat para perindu kebebasan yang sebenarnya berhenti melihat cita-cita yang terpampang di depan. Untuk itu, penting untuk melihat konteks global dan nasional yang akan mempengaruhi perjuangan pembebasan Palestina.

Menebak Arah Angin
Berikut ini adalah beberapa trend penting yang akan mempengaruhi perjuangan Palestina ke depan, insyaAllah.

Presiden Mesir Muhammad Mursy dan PM Turki Recep Tayyip Erdogan. foto: Alarabiya

1. Naiknya Mesir dan Turki

Gencatan senjata kemarin menggambarkan bahwa arah angin dalam politik global sedang berubah. Selama ini, negosiasi antara Palestina dan negara zionis didominasi oleh Amerika Serikat dan Eropa yang jelas memihak zionis (di tengah krisis, pemerintah AS mengajukan bantuan lebih dari 3,1 Milyar USD untuk Israel![11]).

Musim semi Arab mulai menjadi musim dingin untuk zionis. Mesir dan Turki berperan aktif dalam menyodorkan gencatan senjata dan kesepakatan-kesepakatan di dalamnya. Hal ini mengisyaratkan adanya perubahan perimbangan kekuatan (balance of power) di kawasan.

Tentu saja, hal ini belum stabil. Saat ini, kepemimpinan Presiden Mursi masih terus digoyang, seperti saat Erdogan pertama kali tampil memimpin Turki.

2. Penurunan Pengaruh AS dan Uni Eropa –dan penurunan pengaruh lobi zionis
Rentetan peristiwa di Palestina –dan di tempat lain- belakangan ini juga menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa sedang meredup.

Krisis ekonomi yang diawali oleh kerakusan para spekulan di Wall Street masih terus memerangkap dua raksasa ini dalam berbagai kesulitan. Revolusi di dunia Arab juga menunjukkan bahwa AS tak bisa sebebas dulu dalam membentuk kawasan ini sesuai keinginannya.

Prancis bahkan belakangan ini mengumumkan akan mengakui negara Palestina di PBB, memicu kritik pedas dari Amerika Serikat dan Israel.[12] Lepas dari seberapa bermanfaatkah pengakuan ini, hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergesaran dalam pengaruh AS dan Eropa.

Di sisi lain, pengaruh lobi zionis sendiri, meskipun masih sangat kuat, terus menurun di Amerika Serikat dan Eropa. Beberapa intelektual hubungan internasional mulai mempertanyakan dukungan tanpa syarat AS pada Israel. Dua ilmuwan ternama, John Mearsheimer dari Chicago dan Stephen M. Walt dari Harvard, pada tahun 2007 menulis The Israel Lobby and US Foreign Policy untuk mengungkap “peran lobi Israel dalam pembentukan kebijakan luar negeri AS dan dampak negatifnya pada kepentingan nasional AS.”[13]

Sebuah surat yang menyentuh juga ditulis seorang relawan pendukung Obama, mencela dukungan Obama pada Israel.[14] Survei yang dilakukan pada tahun lalu di Eropa, dengan 7500 responden di 15 negara anggota Uni Eropa, menempatkan Israel sebagai ancaman utama bagi perdamaian dunia.[15]

3. Perubahan Peta Kekuatan Global

Tampilnya Turki dan Mesir sebagai pemain berpengaruh di kawasan serta menurunnya pengaruh AS dan Eropa adalah bagian kecil dari pergeseran kekuatan di level global. Para pengamat menyebut-nyebut bahwa pendulum sedang bergerak ke BRIC (Brazil, Rusia, India, Cina) atau TIMBI (Turki, India, Meksiko, Brazil, Indonesia).

Di negara-negara yang sedang tumbuh ini, dukungan terhadap Palestina juga terlihat meningkat. Tahun ini, Brazil menggelar forum besar untuk mendukung “Palestina merdeka dengan Jerusalem sebagai ibukotanya.”[16]

Meskipun demikian, pergeseran kekuatan ini tidak akan terjadi secepat kilat. Amerika Serikat dan Eropa akan tetap menjadi negara yang dominan hingga beberapa dekade ke depan. Dampak nyatanya pada perjuangan Palestina juga belum bisa diprediksi.

4. Menguatnya Aktor non-Negara dan Dukungan Terhadap Palestina
Invasi negara zionis ke Gaza November kemarin juga menunjukkan menguatnya pengaruh dukungan aktor non-negara dan dukungan mereka terhadap Palestina. Berbagai lembaga non-negara berperan aktif dalam menggelar berbagai demonstrasi dan kampanye untuk mendukung Palestina. Tekanan dari aktor non-negara ini ternyata cukup kuat untuk menekan negara dan aktor-aktor internasional untuk menekan zionis menghentikan kekejaman mereka –untuk sementara.

5. Hilangnya Monopoli Informasi
Salah satu faktor lain yang penting dalam mempengaruhi perjuangan Palestina mengakhiri kekejian Israel kemarin adalah runtuhnya monopoli informasi. Media-media mainstream yang pro-zionis di Amerika Serikat dan Eropa tak lagi menjadi sumber berita utama.

Teknologi informasi memungkinkan para jurnalis melaporkan fakta tanpa disensor oleh lobi zionis di gedung-gedung mewah. Kejadian demi kejadian dilaporkan melalui berbagai media alternatif, termasuk twitter. Salah satu yang naik daun adalah Harry Fear, pembuat film dokumenter yang tinggal di Gaza. Saking frustasinya pasukan zionis, mereka juga membombardir para jurnalis yang memberitakan fakta di Gaza. Namun, perkembangan teknologi membuat monopoli informasi sangat sulit dilakukan.

Teknologi informasi juga membuka pintu-pintu perlawanan. Menentang invasi zionis, Anonymous, sebuah aliansi peretas internasional, mengumumkan perang melawan Israel di dunia maya. Lebih dari 650 situs yang berbasis di negara zionis itu diserang.[17]

Database Bank Jerusalem dihancurkan, dan halaman facebook dan twitter wakil Perdana Menteri Israel Silvan Shalom sempat dibajak.


6. Menguatnya HAMAS dan Melemahnya Fatah
Di level domestik, keberhasilan menghentikan invasi zionis ke Gaza –dengan berbagai kehancuran yang tak boleh dilupakan- meningkatkan popularitas HAMAS. Sebuah media melaporkan bahwa seorang yang tak menyukai HAMAS pun kini bersedia “mengecup dahi para pejuang.”

Sebaliknya, popularitas Abbas merosot tajam. Namanya hanya disebut oleh Netanyahu dan Clinton, yang berharap bahwa ia tetap dianggap relevan. 

Meskipun demikian, Israel juga menginginkan perpecahan di antara pejuang Palestina. Upaya merebut kembali kedaulatan rakyat Palestina (mari mengingat bahwa HAMAS memenangkan Pemilu Palestina pada tahun 2006) harus dibarengi dengan ikhtiar untuk menjaga supaya para pejuang tidak mengikuti skenario zionis untuk memecah Palestina.

Pelajaran untuk Kita
Kejadian yang telah berlalu serta trend-trend ke depan ini menggambarkan tantangan sekaligus harapan. Bagi kita yang ingin berpartisipasi dalam perjuangan Palestina, ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dan upaya yang dapat kita lakukan.

1. Do’a adalah senjata yang mampu membuat para pejuang Palestina bertahan di tengah gempuran kekejaman. Terus kirimkan do’a untuk mereka.

2. Bantuan dana sangat bermanfaat untuk membangun kembali Gaza dan Palestina. Mari kita gagalkan rencana zionis untuk membuat infrastruktur Gaza lumpuh total. Sahabat Al Aqsha membangun sekolah dan beberapa infrastruktur di sana. Mari berpartisipasi.

3. Siapa bilang demonstrasi tak ada manfaatnya? Demonstrasi di Eropa menentang penjajahan Israel dimulai dengan demo kecil-kecil. Sekarang, demo-demo itu mampu membalik opini warga Eropa yang tadinya sangat pro-zionis. Demonstrasi di Indonesia juga penting untuk menjaga komitmen Indonesia pada kemerdekaan Palestina.

4. Boikot produk pro-zionis. Selain efektif dalam jangka panjang, boikot produk pro-zionis juga penting untuk membangun kesadaran masyarakat. Daftar lengkap produk yang diboikot dapat dilihat di http://www.inminds.com/boycott-brands.html

5. Kuasai teknologi informasi dan gunakan untuk tujuan yang baik. Dengan penguasaan teknologi informasi, kita dapat memecah monopoli informasi dari mereka yang tidak ingin kebenaran tersebar. Bangun jaringan dengan sahabat-sahabat terdekat maupun dengan aktivis internasional. Kita harus menyiapkan kampanye pro-Palestina melalui berbagai media baru dengan lebih sistematis.

6. Kuasai skill-skill yang dapat bermanfaat untuk mendukung perjuangan Palestina: menulis, membuat video, berpuisi, dsb. Sekarang kita dapat memunculkan dampak yang lebih besar dibandingkan media mainstream sekalipun.

7. Terus lakukan sosialisasi tentang isu Palestina terus menerus untuk membangun kesadaran publik. Buktikan juga bahwa orang yang peduli Palestina sudah pasti juga peduli pada tetangga.

Perjuangan belum berakhir. Seberkas cahaya telah menembus kegelapan, namun jalan masih panjang.

Wallahu a’lam bish-shawwab.*
*Sahabat Al-Aqsha adalah Jaringan Silaturrahim Keluarga Indonesia-Palestina, didirikan tahun 2007 oleh relawan-relawan dengan berbagai latar belakang
CATATAN KAKI:
[1] http://palsolidarity.org/2012/11/ceasefire-re-awakens-dreams-of-gaza-fishermen/

[2] http://palsolidarity.org/2012/11/gazans-return-to-the-buffer-zone/

[3] Gilad Sharon, putra dari mantan perdana menteri negara zionis menulis kolom di Jerusalem Post yang menyeru bahwa pasukan zionis harus meratakan Gaza, termasuk warga sipilnya, karena mereka memilih HAMAS. Lihat http://www.jpost.com/Opinion/Op-EdContributors/Article.aspx?ID=292466&R=R1&utm_

[4] Angka ini dari IHH, lembaga kemanusiaan yang berbasis di Turki. www.ihh.org.tr

[5] http://www.ifamericansknew.org/stats/children.html

[6] http://www.ifamericansknew.org/stats/deaths.html

[7] http://www.ifamericansknew.org/

[8] http://palsolidarity.org/2012/11/ceasefire-re-awakens-dreams-of-gaza-fishermen/

[9] http://palsolidarity.org/2012/11/gazans-return-to-the-buffer-zone/

[10] http://www.haaretz.com/news/diplomacy-defense/israeli-peace-activist-hamas-leader-jabari-killed-amid-talks-on-long-term-truce.premium-1.478085

[11] Jeremy M. Sharp, “US Foreign Aid to Israel,” CRS Report for Congress, 12 Maret 2012. Dapat diakeses dihttp://www.fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf

[12] “France Plans to Recognize Palestinian State at UN, Foreign Minister Says,” Associated Press, 27 November 2012, diakses darihttp://www.nydailynews.com/news/world/france-recognize-palestinian-state-article-1.1208741

[13] John Mearsheimer dan Stephen M. Walt, The Israel Lobby and US Foreign Policy, (Farrar, Straus and Giroux, 2007).

[14] http://righteoustrayf.wordpress.com/2012/11/15/an-open-letter-to-the-president/

[15] http://www.jewishfederations.org/european-poll-israel-biggest-threat-to-world-peace.aspx

[16] http://www.freerepublic.com/focus/f-bloggers/2960224/posts

[17] http://www.examiner.com/article/hacker-group-anonymous-opisrael-downs-hundreds-israeli-websites


(hidayatullah.com/blog.resistnews.web.id)