“Assalamu’alaikum! Hidup Rakyat Indonesia!” Teriak Massa HMI yang baru saja bergabung. Tak disangka seorang ibu berumur sekitar 40 tahunan berteriak lantang menjawab salam mereka.
“Waalaikumsalam ! Hiduuuuup! Ayo-ayooo beli dulu minumannya Mas Mbaaak!” Teriaknya.
Ya, Ibu Dian bukanlah seorang pengamat politik, tokoh nasional, orang ternama, juga bukan salah satu dari kelompok massa yang menggelar aksi Kamis (29/3) kemarin. Beliau hanyalah seorang penjual minuman dadakan memanfaatkan momen ramai di Gedung Sate seminggu terakhir. Tangannya menumpu nampan gelas plastik berisi es teh dan es jeruk yang tak kunjung habis.
“Saya dagang minuman cuma pas rame gini, neng, dari senin kemarin. Ya lumayan nambah-nambah buat makan,” Tutur ibu dian. Ibu dian tinggal di daerah Kebon Kalapa Bandung. Sehari-harinya beliau berjualan asongan di daerah Museum Geologi, tak jauh dari Gedung Sate.
Bersama beberapa bapak dan ibu lainnya, beliau menjajakan minuman kepada massa yang berjejalan di kawasan Gedung Sate Bandung. Sesekali beliau juga menimpali pernyataan-pernyataan orator, dan ikut bernyanyi-nyanyi dan menari bersama massa aksi.
Ditanya mengenai kenaikan BBM, kepada eramuslim beliau bertutur, “Sebenarnya program SBY itu semuanya bagus-bagus, semuanya berpihak pada rakyat. Yang salah itu aparat-aparat dibawahnya. Di RT saja banyak korupsi, apalagi diatasnya. Beras raskin yang banyak beli malah orang kaya. Ya gitu, programnya sebenarnya bagus, cuma teori SBY untuk memberantas korupsi itu gak tepat,” urainya panjang lebar. (eramuslim)