Muslim Public Affairs Council (MPAC)-ormas Islam di AS-mendesak Menteri Pertahanan AS Robert Gates untuk secepatnya menarik senjata-senjata yang disematkan kode rahasia ayat-ayat dalam Injil. Senjata-senjata itu digunakan oleh tentara-tentara AS di Irak dan Afghanistan dan digunakan untuk melatih tentara-tentara di kedua negara tersebut.
MPAC menilai militer AS telah melanggar "aturan umum" Komando Pusat Militer AS tahun 2003 saat AS memutuskan untuk menginvasi Irak. Aturan tersebut melarang keras "pemurtadan terhadap agama, keyakinan dan bentuk peribadahan apapun."
"Menyematkan referensi yang mengacu pada isi Injil pada peralatan militer melanggar nilai-nilai dan idealisme yang dibangun negara ini," kata Direktur MPAC Washington, Haris Tarin.
Ia mengatakan, penemuan itu akan memperburuk situasi dan menjadi ajang propaganda bagi kelompok ekstrim yang mengklaim bahwa AS telah mengobarkan Perang Salib untuk menghancurkan Islam.
Penemuan kode rahasia di senjata-senjata yang digunakan militer AS di Irak dan Afghanistan pertama kali diungkap oleh ABC News. Dalam laporannya, ABC News mengungkapkan bahwa kode-kode rahasia itu mengacu pada pasal-pasal dalam Injil. Saluran televisi itu mengingatkan bahwa praktek-praktek semacam ini membahayakan posisi militer AS karena akan mendorong kelompok-kelompok islamis untuk melakukan serangan terhadap pasukan AS atas kecurigaan telah melakukan pemurtadan di negeri mereka.
Pendiri dan Ketua Military Religious Freedom Foundation, Michael "Mikey" Weinstein dalam sebuah wawancara menyatakan penemuan itu merupakan "bentuk terburuk dari keberanian pihak musuh, yang tidak terbayangkan." Menurut Weinstein yang pernah menjadi penasehat hukum di jaman pemerintahan Ronald Reagan, pihaknya akan memperkarakan kasus ini ke pengadilan federal AS di Kansas City tanggal 4 Februari mendatang.
"Perbuatan seperti itu harus dihentikan karena membahayakan nyawa tentara AS," tukas Weinstein yang mengadvokasi sekitar 16.000 tentara AS yang kebanyakan beragama Kristen.
Sementara itu seorang muslim yang menjadi tentara AS mengatakan bahwa ia merasa "malu" dan "ngeri" mengetahui adanya kode rahasia yang disematkan di senjata yang ia gunakan selama bertugas di Irak dan Afghanistan.
"Banyak tentara yang merasa malu dan ngeri seperti saya. Mereka penganut Protestan dan Katolik dan takut akan ancaman balasan yang akan mereka hadapi seperti saya juga takut akan kemungkinan tindakan balasan dari kolega saya sesama tentara yang beragama Kristen," kata tentara muslim dalam surat tertanggal 14 Januari 2010, yang disampaikan ke Weinstein.
Senjata berkode Injil itu diproduksi oleh perusahaan Trijicon. Pemilik perusahaan itu adalah Glyn Bindon, seorang penganut Kristen yang taat. Di situsnya Bindon bersumpah untuk "mengikuti standar-standar Injil" yang akan membuat Amerika menjadi negara besar.
Di tengah mencuatnya kasus senjata berkode Injil, Departemen Pertahanan Inggris malah mengumumkan sudah memesan 400 senjata dari Trijicon dan menyatakan tidak terlalu mempermasalahkan kasus kode rahasia itu. Dengan militer AS, Trijicon menandatangani kontrak penyediaan senjata sebanyak lebih dari 800.000 senjata bidik. (ln/iol/yn)