-->

Erdogan Akan Bertemu Obama Bahas Afganistan


AFP/NICOLAS ASFOURI
Anak-anak Afganistan berdiri di balik tembok yang dipasangi poster bergambar wajah Presiden Hamid Karzai, Rabu (4/11) di Kabul. Sejak menjabat pada 2001, Karzai dituduh terlibat korupsi, yang berperan memiskinkan warganya.

ANKARA, KOMPAS.com — Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, dijadwalkan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Senin (7/12). Mereka diperkirakan akan membahas masalah penguatan pasukan NATO di Afganistan dan upaya Ankara untuk membendung pemberontakan Kurdi di Irak. Program nuklir Iran juga diduga termasuk dalam agenda pembicaraan.

Erdogan, yang negaranya merupakan sekutu penting AS, mengunjungi Washington setelah Obama mengumumkan bahwa 30.000 tentara tambahan akan dikirim ke Afganistan, dan negara-negara sekutu AS, Jumat, berjanji akan memasok sedikitnya 7.000 tentara tambahan untuk mengalahkan kelompok Taliban dan Al Qaeda.

Meski Turki menempatkan tentara paling banyak kedua setelah NATO, negara itu menegaskan, pihaknya tidak akan menambah misi tempur. Turki menawarkan pengiriman tiga tim untuk melatih personel keamanan Afganistan.

Sekitar 1.700 tentara Turki saat ini digelar di Afganistan. Namun, mandat mereka dibatasi untuk melakukan patroli di Kabul dan melatih pasukan Afganistan. "Sumbangan yang diberikan Turki kepada misi Afganistan cukup hebat dan penting selama beberapa tahun," kata James Jones, penasihat keamanan nasional Obama, Jumat.

"Kami menghargai sumbangan Turki dan negera itu akan melaksanakan misi yang sangat penting di ibu kota wilayah Kabul," katanya.

Turki menolak untuk berperang dengan para gerilyawan Islam dan penyelundup obat karena dikhawatirkan akan berkonfrontasi dengan semua sahabat di negara yang mempunyai hubungan sejarah sangat erat itu. Pihak Turki mengatakan, pekerjaan yang perlu dilakukan adalah pembangunan dan memperbaiki pelayanan umum untuk mengambil hati rakyat Afganistan.

Turki juga mengatakan, militernya kini dalam keadaan tegang, setelah melakukan pertempuran berdarah selama 25 tahun dengan pemberontak Kurdi di wilayah tenggara. Baru-baru ini pemerintah Erdogan berusaha memperluas kebebasan rakyat Kurdi dan membujuk kaum pemberontak untuk meletakkan senjata, yang diperkirakan juga akan dibahas di Gedung Putih.

Obama dan Erdogan juga diduga akan membahas upaya-upaya Turki untuk melakukan perbaikan dengan musuh bersejarahnya Armenia, dan konflik lamanya dengan Siprus, satu kendala besar bagi keberadaan Turki di Uni Eropa.