-->

Afghanistan: Taliban Bukan Ancaman Bagi Pemerintah

KABUL (SuaraMedia News) – Pemerintah Afghanistan pada hari Selasa (29/12) menampik pendapat intelijen Barat yang menyatakan bahwa kelompok Taliban tengah membangun kekuatan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Hamid Karzai.

"Kehadiran Taliban di Afghanistan sebagai pemerintahan alternatif merupakan sebuah persepsi yang tidak realistis," kata Waheed Omar, juru bicara Karzai.

"Mereka jelas memiliki kekuatan, beroperasi dari tempat persembunyian, untuk melakukan serangan, namun gagasan yang menyebutkan bahwa mereka mungkin mengambil alih kekuasaan dan menjalankan pemerintahan alternatif adalah sebuah hal yang tidak realistis."

"Dalam jangka pendek, Taliban mungkin saja menjadi ancaman namun mereka bukanlah ancaman bagi negara."

Ucapan Omar tersebut dilontarkan untuk menanggapi komentar dari seorang pejabat senior dinas intelijen Barat, yang pada hari Minggu lalu mengatakan kepada para wartawan bahwa Taliban tengah menggalang kekuatan, merekrut orang dan berusaha membunuh sejumlah besar pasukan asing.

"Kekuatan Taliban dimungkinkan karena lemahnya pemerintah Afghanistan dan semakin kuatnya dukungan warga Afghanistan terhadap mereka," kata pejabat tersebut dalam pernyataan pers yang diucapkan di hadapan para wartawan asing.

"AS dan para sekutunya telah merampas penglihatan kami selama bertahun-tahun, membuat gerakan Taliban tumbuh dan menjadi semakin kuat," tambah pejabat tersebut.

"Ketika pemerintah (Afghanistan) lemah, maka musuh menjadi semakin kuat, mereka (barat) mampu mengeksploitasi korupsi dan ketidakpopileran pemerintah Karzai."

"Di 33 dari 34 provinsi yang ada (di Afghanistan), Taliban mendirikan semacam pemerintahan bayangan," kata pejabat tersebut. Ia menambahkan bahwa pemimpin Taliban, Mullah Muhammad Omar sudah membentuk pemerintahan, dan memilih para menteri untuk menggantikan pemerintahan saat ini pada saat kekuasaannya tumbang.

"Waktu sudah semakin menipis. Dan Pengaruh gerakan Taliban juga semakin meluas," katanya.

Taliban mulai melakukan perang gerilya sesaat setelah rezim tersebut digulingkan dari kekuasaan pada akhir tahun 2001. Setiap tahunnya, gerakan Taliban semakin bertambah kuat, dan sejauh ini, tahun 2009 menjadi tahun yang paling mematikan, menewaskan lebih dari 500 orang prajurit asing.

Pasca pengiriman tambahan pasukan AS ke Afghanistan, Kelompok gerilyawan Taliban bersumpah untuk meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan AS di Afghanistan.

Juru bicara Taliban, Yousuf Ahamdi, pada awal bulan ini mengatakan bahwa langkah tersebut hanya akan memantik perlawanan yang jauh lebih kuat.

"Obama akan menyaksikan iring-iringan peti mati dari tanah Afghanistan yang dipulangkan ke Amerika," kata Ahamdi sebagaimana dikutip oleh AFP.

Pernyataan tersebut semakin menekankan bahwa AS akan menghadapi nasib yang tidak jauh berbeda dengan pasukan penjajah Uni Soviet yang terpaksa mengambil langkah seribu karena menelan pil pahit kekalahan dalam perang di Afghanistan pada tahun 1980an lalu.

"Ini adalah sebuah strategi penjajahan yang hanya bertujuan untuk mengamankan kepentingan investor Amerika, dan hal itu menunjukkan bahwa Amerika memiliki rencana-rencana kotor, bukan hanya untuk Afghanistan, melainkan untuk seluruh kawasan (Asia dan Timur Tengah)," bunyi pernyataan tersebut.

"Mereka (AS) akan menarik diri dengan penuh rasa malu," kata juru bicara Taliban tersebut seraya menegaskan kembali kata-katanya. "Mereka tidak akan mampu mencapai harapan dan tujuan yang mereka canangkan." (dn/kt/sm) www.suaramedia.com