Foto: Tampak tentara Filipina berpatroli di jalanan yang sepi di Kota Marawi, Sabtu (27/05). |
+ResistNews Blog - Pemerintah Filipina mengumumkan pihaknya telah menghabiskan PHP 5 miliar ($ 97,21 juta) dalam perang di Marawi melawan kelompok Abu Sayyaf dan Maute. Jika dirupiahkan, nilainya mencapai sekitar Rp 1, 3 triliun.
Dalam sebuah konferensi pers, Kepala Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan dana itu digunakan untuk amunisi, bahan bakar, makanan dan tunjangan pasukan. Hingga saat ini perang tersebut masih berlangsung, dimana pasukan Filipina tengah menetralkan sekitar 20 gerilyawan yang bersembunyi di medan tempur seluas dua hektar.
“Departemen Anggaran dan Manajemen telah mengalokasikan (dana) untuk mendukung pengungsi, pembangunan rumah, perbaikan jembatan sampai akhir tahun,” kata Lorenzana seperti dikutip World Bulletin, Rabu (18/10/2017) dari Inquirer News.
Lorenzana juga mengungkapkan, pemerintah masih membutuhkan dana setidaknya PHP 10 miliar ($ 194,42 juta) untuk membangun kembali kota tersebut pada tahun 2018 secara penuh.
Arsitek Filipina terkemuka Felino Palafox Jr., yang memiliki serangkaian pengalaman untuk merehabilitasi daerah gempa, tsunami dan daerah bencana lainnya, telah berjanji untuk membantu membangun kembali Marawi.
“Kami masih percaya bahwa ground zero harus dipelihara sebagai pelajaran bagi generasi mendatang,” kata Palafox yang mengatakan bahwa proposalnya diterima oleh pejabat pemerintah daerah dengan mengacu ‘dana sosial’.
Sementara itu Walikota Marawi, Majul Usman Gandamra memperkirakan fase rehabilitasi akan memakan waktu setidaknya tiga tahun. Palafox mengaku butuh waktu 70 tahun untuk membawa kembali kota seperti sedia kala sebelum serangan 23 Mei.
“Merehabilitasi, mungkin, tempat ibadah, pendidikan, dan bangunan yang signifikan. Yang rusak masih bisa dipertahankan, terutama yang penuh peluru sebagai pelajaran untuk masa depan bagaimana terorisme bisa menghancurkan kota yang damai,” kata Palafox.
Sementara itu, militer Filipina mengklaim tidak ada gerilyawan yang bisa keluar dengan aman. “Kami meminta mereka untuk menyerah. Satu-satunya cara untuk keluar hidup adalah dengan menyerah,” kata kepala militer Eduardo Año dalam sebuah wawancara dengan sebuah stasiun radio setempat.
Pada Senin sebelumnya, militer bahwa Isnilon Hapilon terbunuh dalam sebuah bentrokan, selain seorang pemimpin Maute bernama Omar Maute.
Menurut data resmi pemerintah, pertempuran di Marawi telah menyebabkan lebih dari 380 orang tewas dan 300.000 lebih warga sipil mengungsi. Manila juga mengklaim menewaskan 268 pejuang, delapan di antaranya berasal dari Malaysia, Indonesia, Yaman, Arab Saudi, dan Chechnya. [World Bulletin/KIBLAT/ +ResistNews Blog ]