+ResistNews Blog - Kematian Siyono saat pemeriksaan Densus 88 masih menjadi tanda tanya. Pihak kepolisian mengaku bahwa Siyono terbunuh setelah melakukan perlawanan kepada anggota Densus. Meskipun rilis sebelumnya mengatakan kalau Siyono mati karena kelelahan. Dari sini, muncul desakan agar jenazah Siyono diautopsi ulang.
Keinginan tersebut mendapat tanggapan dari Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, dengan mempersilahkan hal tersebut dilakukan.
“Ya boleh saja, silakan saja kalau memang diperlukan, maka autopsi ulang saja,” ujarnya pada Kamis (17/03) seperti dilansir Republika.
Meski demikian, Badrodin menjelaskan bahwa dalam autopsi sebelumnya, polisi telah melibatkan dokter-dokter yang terpercaya. Ia menyebutkan dokter-dokter itu telah menjalani sumpah dan tidak mungkin ingkar.
“Ya welcome saja, tidak ada masalah kalau memang itu tidak dipercaya. Tetapi apa ya, kan dokter-dokter itu disumpah juga. Sumpahnya itu yang berat,” terangnya.
Sebelumnya, diketahui saat kain kafan dibuka, terlihat luka-luka lebam bekas pukulan dari wajah Siyono. Hidungnya juga dirasakan patah dan masih terdapat darah yang mengalir di kepala. [republika/viva/kiblat/ +ResistNews Blog ]
Keinginan tersebut mendapat tanggapan dari Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, dengan mempersilahkan hal tersebut dilakukan.
“Ya boleh saja, silakan saja kalau memang diperlukan, maka autopsi ulang saja,” ujarnya pada Kamis (17/03) seperti dilansir Republika.
Meski demikian, Badrodin menjelaskan bahwa dalam autopsi sebelumnya, polisi telah melibatkan dokter-dokter yang terpercaya. Ia menyebutkan dokter-dokter itu telah menjalani sumpah dan tidak mungkin ingkar.
“Ya welcome saja, tidak ada masalah kalau memang itu tidak dipercaya. Tetapi apa ya, kan dokter-dokter itu disumpah juga. Sumpahnya itu yang berat,” terangnya.
Sebelumnya, diketahui saat kain kafan dibuka, terlihat luka-luka lebam bekas pukulan dari wajah Siyono. Hidungnya juga dirasakan patah dan masih terdapat darah yang mengalir di kepala. [republika/viva/kiblat/ +ResistNews Blog ]