+ResistNews Blog – Meski perundingan damai di Jenewa tengah berlangsung, serangan udarat terhadap oposisi dan warga anti pemerintah belum berhenti. Blokade dan pengepungan kampung oleh militer Suriah juga masih berlasung.
Dilansur dari Anadolu pada Senin (01/02) bahwa jet bomber Rusia sepekan sebelum perundingan damai, meningkatkan serangan ke daerah-daerah yang berada dibawah kendali oposisi terutama di Lattakia, Aleppo dan Idlib.
Menurut organisasi HAM Suriah, terhitung sejak 25-31 Januari 2016 Rusia telah membunuh 153 warga sipil melalui serangan udaranya.
Seiring berlangsungnya peundingan di Jenewa, Senin kemarin, serangan udara Rusia telah menewaskan 4 orang dan melukai 60 lainnya di daerah Anadan, Aleppo.
Berikut data serangan Rusia dalam sepekan, sebelum perundingan Jenewa yang dikumpulkan Anadolu Agency:
31 Januari: Jet bomber Rusia menyerang pusat budaya dan pemukiman penduduk di Provinsi Aleppo. Serangan itu menewaskan 3 orang dan melukai 6 orang lainnya.
30 Januari: 5 orang tewas di kamp pengungsi di daerah Berpojaq, Lattakia Utara. Roket-roket jet Rusia menghantam daerah tersebut. Pada hari yang sama Rusia menjatuhkan rudal balistik di kota Izaz, Aleppo. Rudal itu diluncurkan langsung dari markas militer Rusia di Propinsi Aleppo.
29 Januari: Jet bomber Rusia menargetkan sebuah turk pembawa bantuan kemanusian menuju kota Izaz, Aleppo. Dua orang dilaporkan tewas, sementara 10 lainnya luka-luka dalam serangan itu.
28 Januari: Kali ini sebuah masjid dan pemukiman warga di kota Kufr Takharim, Idlib jadi sasaran tembak jet rusia. 18 orang tewas dan 28 lainnya luka-luka.
26 Januari: fasilitas umum pun raib. jet bomber Rusia menyerang sebuah pasar di kota Ariha, Idlib. Dilaporkan 9 orang tewas dan 12 orang luka-luka.
Di sisi lain PBB melaporkan pada 28 Januari lalu, bahwa jumlah daerah yang mengalami blokade bertambah hingga 15-18 kota. Terutama di Propinsi Damaskus, dimana pengiriman bantuan sangat dibatasi. Terhitung, hanya dua kali rezim mengizinkan distribusi bantuan kemanusian ke Madaya dan Zabadani hanya sekali. Sedangkan kasus kelaparan terus meningkat dan belum terselesaikan.
Menanggapi hal itu, pada 30 Januari lalu Dewan Tinggi Oposisi Suriah mengajukan tuntutan kepada PBB. Yaitu, mencabut semua blokade di Suriah, mengirim bantuan ke pada penduduk, dan pembebasan para tahanan. Bila tuntutan itu tidak dipenuhi maka pihak oposisi Suriah akan angkat kaki dari meja perundingan.
Salim Al-Musallit jubir delegasi oposisi mengatakan bahwa, “kami siap memulai perundingan, akan tetapi kami juga akan melihat seberapa seriusnya PBB dalam melaksanakan hasil resolusi yang diputuskan DK PBB. Serta keseriusan mereka dalam mendistribusikan bantuan kepada anak-anak Suriah yang terancam mati kelaparan, dan kerja keras mereka dalam membebaskan tawanan”.
Namun sayangnya, Rezim Suriah justeru semakin meningkatkan blokade ke beberapa daerah lainnya. Jet Rusia juga terus meningkatakan serangan terhadap rakyat sipil. Semua itu dilakukan guna menghalangi pihak oposisi ikut dalam perundingan.
Kepala delegasi Rezim, Bashar Jaafari dengan tegas menyatakan bahwa pihak pemerintah tidak menerima syarat pra-perundingan. [Anadolu Agency/kiblat.net/ +ResistNews Blog ]
Dilansur dari Anadolu pada Senin (01/02) bahwa jet bomber Rusia sepekan sebelum perundingan damai, meningkatkan serangan ke daerah-daerah yang berada dibawah kendali oposisi terutama di Lattakia, Aleppo dan Idlib.
Menurut organisasi HAM Suriah, terhitung sejak 25-31 Januari 2016 Rusia telah membunuh 153 warga sipil melalui serangan udaranya.
Seiring berlangsungnya peundingan di Jenewa, Senin kemarin, serangan udara Rusia telah menewaskan 4 orang dan melukai 60 lainnya di daerah Anadan, Aleppo.
Berikut data serangan Rusia dalam sepekan, sebelum perundingan Jenewa yang dikumpulkan Anadolu Agency:
30 Januari: 5 orang tewas di kamp pengungsi di daerah Berpojaq, Lattakia Utara. Roket-roket jet Rusia menghantam daerah tersebut. Pada hari yang sama Rusia menjatuhkan rudal balistik di kota Izaz, Aleppo. Rudal itu diluncurkan langsung dari markas militer Rusia di Propinsi Aleppo.
29 Januari: Jet bomber Rusia menargetkan sebuah turk pembawa bantuan kemanusian menuju kota Izaz, Aleppo. Dua orang dilaporkan tewas, sementara 10 lainnya luka-luka dalam serangan itu.
28 Januari: Kali ini sebuah masjid dan pemukiman warga di kota Kufr Takharim, Idlib jadi sasaran tembak jet rusia. 18 orang tewas dan 28 lainnya luka-luka.
26 Januari: fasilitas umum pun raib. jet bomber Rusia menyerang sebuah pasar di kota Ariha, Idlib. Dilaporkan 9 orang tewas dan 12 orang luka-luka.
Di sisi lain PBB melaporkan pada 28 Januari lalu, bahwa jumlah daerah yang mengalami blokade bertambah hingga 15-18 kota. Terutama di Propinsi Damaskus, dimana pengiriman bantuan sangat dibatasi. Terhitung, hanya dua kali rezim mengizinkan distribusi bantuan kemanusian ke Madaya dan Zabadani hanya sekali. Sedangkan kasus kelaparan terus meningkat dan belum terselesaikan.
Menanggapi hal itu, pada 30 Januari lalu Dewan Tinggi Oposisi Suriah mengajukan tuntutan kepada PBB. Yaitu, mencabut semua blokade di Suriah, mengirim bantuan ke pada penduduk, dan pembebasan para tahanan. Bila tuntutan itu tidak dipenuhi maka pihak oposisi Suriah akan angkat kaki dari meja perundingan.
Salim Al-Musallit jubir delegasi oposisi mengatakan bahwa, “kami siap memulai perundingan, akan tetapi kami juga akan melihat seberapa seriusnya PBB dalam melaksanakan hasil resolusi yang diputuskan DK PBB. Serta keseriusan mereka dalam mendistribusikan bantuan kepada anak-anak Suriah yang terancam mati kelaparan, dan kerja keras mereka dalam membebaskan tawanan”.
Namun sayangnya, Rezim Suriah justeru semakin meningkatkan blokade ke beberapa daerah lainnya. Jet Rusia juga terus meningkatakan serangan terhadap rakyat sipil. Semua itu dilakukan guna menghalangi pihak oposisi ikut dalam perundingan.
Kepala delegasi Rezim, Bashar Jaafari dengan tegas menyatakan bahwa pihak pemerintah tidak menerima syarat pra-perundingan. [Anadolu Agency/kiblat.net/ +ResistNews Blog ]