+ResistNews Blog – Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab menilai bahwa dakwaan yang ditimpakan atas Ustadz Abu Bakar Baasyir terkait pendanaan pelatihan militer di Aceh tak bisa dibenarkan.
“Ustadz Abu Bakar Baasyir memang benar beliau memberikan dananya untuk perjuangan umat islam di Palestina, namun beliau tidak tahu-menahu terkait pelatihan militer di Aceh. Adapun pendanaan terkait pelatihan militer di Janin Janto, Aceh tersebut murni seutuhnya dibiayai oleh Sufyan Atsauri alias Abu Sayaf alias Marwan yang terungkap sebagai desertir Brimob,” tegas Habib Rizieq saat bersumpah memberikan kesaksiannya di Ruang Wijayakusuma, Pengadilan Negeri Cilacap, Jawa Tengah, Selasa, (26/01).
Lebih lanjut, Habib Rizieq mengatakan bahwa setelah mendengar jika Abu Bakar Baasyir dituduh terlibat dalam latihan militer di Aceh, dia menilai tuduhan tersebut sangat tidak masuk akal.
Menurut dia, latihan militer tersebut sebenarnya dirancang oleh Sofyan Tsauri sesuai fakta-fakta persidangan terhadap terpidana kasus terorisme yang juga seorang desertir dari Brimob.
Ia mengatakan, Sofyan Tsauri diketahui membujuk sejumlah peserta latihan fisik untuk mengikuti latihan menggunakan senjata tanpa sepengetahuan pimpinan organisasi masing-masing peserta.
Habib Rizieq menceritakan, sebelumnya Sofyan Tsauri datang ke DPD FPI Aceh mengajukan diri untuk menjadi pelatih asykari FPI Aceh, Sofyan diterima sebagai pelatih asykari setelah diwawancara DPD FPI Aceh tanpa sepengetahuan FPI Pusat.
Kemudian, berlanjut Sufyan meminta izin kepada DPD FPI Aceh untuk mengajak sepuluh orang terbaik FPI Aceh saat masa pelatihan agar bisa berlatih menembak di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok serta sepenuhnya biaya akan ditanggung oleh Sufyan, dengan syarat tanpa sepengetahuan FPI Pusat, sehingga terayulah DPD FPI Aceh.
Sofyan Tsauri melanjutkan keinginannya yakni untuk membentuk kamp latihan militer dengan menggunakan senjata api, namun kali ini keinginannya itu tidak diizinkan oleh DPD FPI Aceh.
Akhirnya, Sufyan pun diketahui membujuk sejumlah peserta latihan fisik untuk mengikuti latihan menggunakan senjata tanpa sepengetahuan pimpinan organisasi masing-masing peserta dan di antaranya dua anggota FPI yang tanpa sepengetahuan DPD FPI Aceh maupun FPI Pusat.
Akan tetapi, menjelang pelaksanaan pelatihan tersebut di Aceh, lanjut dia, lokasi pelatihan dikepung aparat keamanan dan Sofyan Tsauri melarikan diri melalui jalur menuju Jakarta.
“Sofyan Tsauri sudah ditangkap, sudah divonis, bahkan sekarang sudah pembebasan bersyarat. Jadi aneh, ada orang sebagai aktor utama yang mengakibatkan adanya korban jiwa, aktor utama yang menyediakan segala macam persenjataan dan amunisi, aktor utama yang menjebak generasi muda kita, kok hari ini sudah bisa gentayangan di tengah masyarakat,” tutur Habib Rizieq.
Jika Abu Bakar Baasyir dituduh terlibat dalam latihan militer di Aceh, dia menilai tuduhan tersebut sangat tidak masuk akal.
“Mungkin karena Ustadz Abu sudah menjadi pesanan, mau tidak mau yah harus ditangkap dengan memainkan hukum negara, karena saya belum menjadi pesanan jadi masih bisa bebas,” sindir Habib Rizieq.
Terkait infak dana yang diberikan ustadz Abu Bakar Baasyir dengan kelompoknya (JAT, red) murni untuk perjuangan dan membantu umat Islam di Palestina yang diterima oleh Dr Jose Rizal Jurnalis melalui lembaganya MER-C.
“Hal itu nantinya akan dijelaskan dan dibuktikan oleh penerima dana tersebut yang turut hadir selaku saksi dalam sidang PK Ustadz Abu Bakar Baasyir ini,” pungkas Habib Rizieq.
Bantahan Sufyan Tsauri
Kiblat.net berupaya kembali mengkonfirmasi tuduhan Habib Rizieq terhadap Sufyan Tsauri. Pria berusia 39 tahun yang baru saja bebas dari LP Cipinang ini memberikan jawaban kepada redaksi pada Sabtu, 30 Januari 2016 berupa risalah berjudul: ‘Napak Tilas Rihlah Jihadiyah Sufyan Tsauri’
Namun, demi alasan kenyamanan pembaca, Kiblat.net memuat ringkasan risalah yang aslinya sebanyak 18 halaman itu.
Menurut Sofyan, keterlibatannya dengan pelatihan Aceh tidaklah serta merta. Setelah keluar dari dinas kepolisian, pada tahun 2008 bulan Agustus, ia mengadakan kontak dengan ikhwah-ikhwah Aceh dan sekaligus pulang kampung untuk mengunjungi mertuanya di Aceh yang memang asli orang Pidie, Aceh.
Terkait penunjukan dirinya sebagai pelatih militer pun berbeda dengan keterangan Habib Rizieq. Menurut versi FPI, Sufyan yang meminta jadi instruktur, namun hal itu dibantah Sufyan.
“Awalnya, kami mempunyai agenda dakwah akan tetapi beberapa dari warga Aceh yang kami kunjungi menginginkan agar kami mengadakan program Askari (Militer) dan memilih saya menjadi mudarib/ Instruktur Militer bagi mereka,” kata Sufyan dalam risalah pembelaannya.
Program di Aceh pun bukan inisiatif Sofyan, “Ini dimotori oleh Akhi Yudi Zulfahri, ia sebetulnya lebih fokus kepada dakwah saja, tetapi beberapa dari mereka memang ngotot untuk mengadakan program Askari juga,” sambungya.
Disebutkan oleh Habib Rizieq bahwa Sofyan Tsauri merupakan anggota Brimob. Namun, hal ini dibantah olehJuru Bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Edward Aritonang di laman Tempo.co edisi 10 Agustus 2010. “Tapi dia bukan anggota Brimob melainkan anggota Sabara Polres Depok” kata Edward kepada Tempo di Jakarta.
Menurut Edward, Sofyan pernah dikirim Kepolisian bersama tim Da’i Kamtibmas ke Aceh untuk menjaga ketertiban di sana. Selama bertugas di Aceh, Sofyan justru terlibat dalam kegiatan kelompok dakwah pimpinan Aman Abdurrahman (Di Tempo tertulis Oman Abdulrahman, red).
“Dia kan tertarik dengan yang dakwah-dakwah seperti itu.” ujarnya. Di tanah rencong itu, Sofyan beristri gadis Aceh. “Pulang dari Aceh, ia tidak pernah masuk tugas” kata Edward. Akhir tahun 2006, Sufyan dipecat. Masih menurut Edward, selepas dipecat, tahun 2008, Sofyan ikut kelompok Aman Abdurrahman.
Sofyan Tsauri sendiri dalam sebuah wawancara dengan TribunNews.com (23/9) pernah membantah tuduhan bahwa dirinya seorang intel atau penyusup. Dia mengatakan, “Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya ini adalah buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan, saya tempatnya bukan di dalam sel.”
Terkait tudingan DPD FPI Aceh bahwa Sofyan membujuk peserta pelatihan agar datang ke Jakarta, Sofyan menjelaskan, justru yang memberangkatkan 17 peserta dari Aceh ke Jakarta ialah seorang pengurus FPI bernama Tengku Yusuf Qardhawi. Sofyan pun mencurigai bahwa Tengku Yusuf Qardhawi ini adalah intel susupan BAIS-TNI (Badan Intelijen Strategis).
Akan tetapi, setibanya mereka di Jakarta ternyata tidak didapati adanya pemberangkatan ke Palestina. Bagi Sufyan, jelas ini merupakan penipuan. Karena, FPI di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Yusuf Qardhawi inilah yang banyak berkoar-koar, berkampanye dan menggalang dana dengan berkedok akan mengirimkan pejuangnya di bumi Quds Palestina.
Atas tuduhan ini, Sufyan merasa terganggu dan berpikir untuk menggugat balik gugatan atas tuduhan Habib Rizieq. “Tuduhan tersebut telah menggiring opini bahwa saya sebagai pengkhianat, tajassus yang berkonsekuensi jatuhnya martabat saya sebagai da’i, pengajar dan berkonsekuensi halalnya darah dan harta saya oleh orang-orang yang tersesat akibat opini Habib Riziq yang keji lagi jahat,” tegas Direktur Muqawammah Media ini.
Ia pun menasehati Habib Rizieq untuk bertaubat kepada Allah ta’ala karena tuduhan keji dan dusta adalah dosa besar yang tidak terampuni kecuali dengan meminta maaf kepada korban yang terfitnah,
“Dengan alasan strategi, Engkau menjatuhkan martabat kehormatan seorang muslim? Dengan itu kalian menuduh jassus yang berkonsekuensi pembunuhan dan halalnya darah saya karena berkonsekuensi riddah?” Pungkas Sufyan. [kiblat.net/ +ResistNews Blog ]
“Ustadz Abu Bakar Baasyir memang benar beliau memberikan dananya untuk perjuangan umat islam di Palestina, namun beliau tidak tahu-menahu terkait pelatihan militer di Aceh. Adapun pendanaan terkait pelatihan militer di Janin Janto, Aceh tersebut murni seutuhnya dibiayai oleh Sufyan Atsauri alias Abu Sayaf alias Marwan yang terungkap sebagai desertir Brimob,” tegas Habib Rizieq saat bersumpah memberikan kesaksiannya di Ruang Wijayakusuma, Pengadilan Negeri Cilacap, Jawa Tengah, Selasa, (26/01).
Lebih lanjut, Habib Rizieq mengatakan bahwa setelah mendengar jika Abu Bakar Baasyir dituduh terlibat dalam latihan militer di Aceh, dia menilai tuduhan tersebut sangat tidak masuk akal.
Menurut dia, latihan militer tersebut sebenarnya dirancang oleh Sofyan Tsauri sesuai fakta-fakta persidangan terhadap terpidana kasus terorisme yang juga seorang desertir dari Brimob.
Ia mengatakan, Sofyan Tsauri diketahui membujuk sejumlah peserta latihan fisik untuk mengikuti latihan menggunakan senjata tanpa sepengetahuan pimpinan organisasi masing-masing peserta.
Habib Rizieq menceritakan, sebelumnya Sofyan Tsauri datang ke DPD FPI Aceh mengajukan diri untuk menjadi pelatih asykari FPI Aceh, Sofyan diterima sebagai pelatih asykari setelah diwawancara DPD FPI Aceh tanpa sepengetahuan FPI Pusat.
Kemudian, berlanjut Sufyan meminta izin kepada DPD FPI Aceh untuk mengajak sepuluh orang terbaik FPI Aceh saat masa pelatihan agar bisa berlatih menembak di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok serta sepenuhnya biaya akan ditanggung oleh Sufyan, dengan syarat tanpa sepengetahuan FPI Pusat, sehingga terayulah DPD FPI Aceh.
Sofyan Tsauri melanjutkan keinginannya yakni untuk membentuk kamp latihan militer dengan menggunakan senjata api, namun kali ini keinginannya itu tidak diizinkan oleh DPD FPI Aceh.
Akhirnya, Sufyan pun diketahui membujuk sejumlah peserta latihan fisik untuk mengikuti latihan menggunakan senjata tanpa sepengetahuan pimpinan organisasi masing-masing peserta dan di antaranya dua anggota FPI yang tanpa sepengetahuan DPD FPI Aceh maupun FPI Pusat.
Akan tetapi, menjelang pelaksanaan pelatihan tersebut di Aceh, lanjut dia, lokasi pelatihan dikepung aparat keamanan dan Sofyan Tsauri melarikan diri melalui jalur menuju Jakarta.
Jika Abu Bakar Baasyir dituduh terlibat dalam latihan militer di Aceh, dia menilai tuduhan tersebut sangat tidak masuk akal.
“Mungkin karena Ustadz Abu sudah menjadi pesanan, mau tidak mau yah harus ditangkap dengan memainkan hukum negara, karena saya belum menjadi pesanan jadi masih bisa bebas,” sindir Habib Rizieq.
Terkait infak dana yang diberikan ustadz Abu Bakar Baasyir dengan kelompoknya (JAT, red) murni untuk perjuangan dan membantu umat Islam di Palestina yang diterima oleh Dr Jose Rizal Jurnalis melalui lembaganya MER-C.
“Hal itu nantinya akan dijelaskan dan dibuktikan oleh penerima dana tersebut yang turut hadir selaku saksi dalam sidang PK Ustadz Abu Bakar Baasyir ini,” pungkas Habib Rizieq.
Bantahan Sufyan Tsauri
Kiblat.net berupaya kembali mengkonfirmasi tuduhan Habib Rizieq terhadap Sufyan Tsauri. Pria berusia 39 tahun yang baru saja bebas dari LP Cipinang ini memberikan jawaban kepada redaksi pada Sabtu, 30 Januari 2016 berupa risalah berjudul: ‘Napak Tilas Rihlah Jihadiyah Sufyan Tsauri’
Namun, demi alasan kenyamanan pembaca, Kiblat.net memuat ringkasan risalah yang aslinya sebanyak 18 halaman itu.
Menurut Sofyan, keterlibatannya dengan pelatihan Aceh tidaklah serta merta. Setelah keluar dari dinas kepolisian, pada tahun 2008 bulan Agustus, ia mengadakan kontak dengan ikhwah-ikhwah Aceh dan sekaligus pulang kampung untuk mengunjungi mertuanya di Aceh yang memang asli orang Pidie, Aceh.
Terkait penunjukan dirinya sebagai pelatih militer pun berbeda dengan keterangan Habib Rizieq. Menurut versi FPI, Sufyan yang meminta jadi instruktur, namun hal itu dibantah Sufyan.
Program di Aceh pun bukan inisiatif Sofyan, “Ini dimotori oleh Akhi Yudi Zulfahri, ia sebetulnya lebih fokus kepada dakwah saja, tetapi beberapa dari mereka memang ngotot untuk mengadakan program Askari juga,” sambungya.
Disebutkan oleh Habib Rizieq bahwa Sofyan Tsauri merupakan anggota Brimob. Namun, hal ini dibantah olehJuru Bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Edward Aritonang di laman Tempo.co edisi 10 Agustus 2010. “Tapi dia bukan anggota Brimob melainkan anggota Sabara Polres Depok” kata Edward kepada Tempo di Jakarta.
Menurut Edward, Sofyan pernah dikirim Kepolisian bersama tim Da’i Kamtibmas ke Aceh untuk menjaga ketertiban di sana. Selama bertugas di Aceh, Sofyan justru terlibat dalam kegiatan kelompok dakwah pimpinan Aman Abdurrahman (Di Tempo tertulis Oman Abdulrahman, red).
“Dia kan tertarik dengan yang dakwah-dakwah seperti itu.” ujarnya. Di tanah rencong itu, Sofyan beristri gadis Aceh. “Pulang dari Aceh, ia tidak pernah masuk tugas” kata Edward. Akhir tahun 2006, Sufyan dipecat. Masih menurut Edward, selepas dipecat, tahun 2008, Sofyan ikut kelompok Aman Abdurrahman.
Sofyan Tsauri sendiri dalam sebuah wawancara dengan TribunNews.com (23/9) pernah membantah tuduhan bahwa dirinya seorang intel atau penyusup. Dia mengatakan, “Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya ini adalah buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan, saya tempatnya bukan di dalam sel.”
Terkait tudingan DPD FPI Aceh bahwa Sofyan membujuk peserta pelatihan agar datang ke Jakarta, Sofyan menjelaskan, justru yang memberangkatkan 17 peserta dari Aceh ke Jakarta ialah seorang pengurus FPI bernama Tengku Yusuf Qardhawi. Sofyan pun mencurigai bahwa Tengku Yusuf Qardhawi ini adalah intel susupan BAIS-TNI (Badan Intelijen Strategis).
Akan tetapi, setibanya mereka di Jakarta ternyata tidak didapati adanya pemberangkatan ke Palestina. Bagi Sufyan, jelas ini merupakan penipuan. Karena, FPI di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Yusuf Qardhawi inilah yang banyak berkoar-koar, berkampanye dan menggalang dana dengan berkedok akan mengirimkan pejuangnya di bumi Quds Palestina.
Atas tuduhan ini, Sufyan merasa terganggu dan berpikir untuk menggugat balik gugatan atas tuduhan Habib Rizieq. “Tuduhan tersebut telah menggiring opini bahwa saya sebagai pengkhianat, tajassus yang berkonsekuensi jatuhnya martabat saya sebagai da’i, pengajar dan berkonsekuensi halalnya darah dan harta saya oleh orang-orang yang tersesat akibat opini Habib Riziq yang keji lagi jahat,” tegas Direktur Muqawammah Media ini.
Ia pun menasehati Habib Rizieq untuk bertaubat kepada Allah ta’ala karena tuduhan keji dan dusta adalah dosa besar yang tidak terampuni kecuali dengan meminta maaf kepada korban yang terfitnah,
“Dengan alasan strategi, Engkau menjatuhkan martabat kehormatan seorang muslim? Dengan itu kalian menuduh jassus yang berkonsekuensi pembunuhan dan halalnya darah saya karena berkonsekuensi riddah?” Pungkas Sufyan. [kiblat.net/ +ResistNews Blog ]