+ResistNews Blog --Amerika Serikat dan Inggris menutup kedutaan mereka di Yaman, Rabu (11/2). Dua negara itu juga mendesak warganya untuk segera meninggalkan Yaman pasca terjadinya krisis pemberontakan Syiah.
Pihak berwenang menyebutkan, Kedutaan Besar Inggris di ibukota Yaman, Sanaa, ditutup Rabu pagi. Mereka juga mulai mengevakuasi stafnya.
Kementerian Luar Negeri Amerika juga mengonfirmasi bahwa Kedutaan AS di Sanaa juga ditutup dan telah mulai mengadakan evakuasi stafnya karena adanya kekhawatiran masalah keamanan.
Sementara itu, Kedutaan Besar Prancis mengatakan akan menutup kantor mereka mulai hari Jumat (13/2).
“Situasi keamanan di Yaman terus memburuk selama beberapa hari terakhir. Kami menilai, staf dan kedutaan kami berada pada kondisi yang penuh dengan risiko,” kata Menteri Inggris untuk Timur Tengah, Tobias Ellwood.
Yaman telah berada dalam krisis selama berbulan-bulan, dengan pemberontak Houthi Syiah mengepung ibukota dan kemudian mengambil kendali. Sebelumnya, Selasa (10/2), pejabat AS mengatakan penutupan kedutaan tidak akan mempengaruhi operasi kontraterorisme terhadap cabang organisasi Al Qaida Yaman.
Abdel-Malek al-Houthi, pemimpin pemberontak Syiah, memperingatkan musuh-musuhnya, Selasa untuk tidak menghalangi gerakan garis keras itu dan mengecam pemerintah asing untuk membawa pergi diplomat mereka.
“Kami tidak akan menerima tekanan. Mereka tidak ada gunanya,” kata al-Houthi dalam pidatonya yang disiarkan melalui jaringan televisi satelit milik kelompok pemberontak al-Masirah.
“Siapa pun yang merugikan kepentingan negara ini bisa melihat bahwa kepentingan mereka di negeri ini juga dirugikan,” tambahnya.
Beginilah sejatinya agama Syiah, mereka tak akan ridha umat Islam jaya dalam sebuah wilayah, begitu juga dengan Yahudi, kita lihat saja apa yg akan dilakukan Amerika selanjutnya? Apa mereka masih menganggap Houthi sebagai kawan atau lawan? (bst/lasdipo/ +ResistNews Blog )