+ResistNews Blog - Lebih dari 50.000 anak di Sudan Selatan menghadapi kematian akibat penyakit dan kelaparan. Demikian peringatan yang diberikan Perserikatan Bangsa-Bangsa sekaligus meminta bantuan senilai satu miliar dolar untuk mendukung upaya memerangi kondisi ini akibat perang saudara selama enam bulan.
Perang di negara muda itu telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa lebih 1,5 juta orang meninggalkan rumah-rumah dan lembaga-lembaga bantuan memperingatkan risiko kelaparan jika pertempuran berlanjut.
“Konsekuensinya menakutkan. 50.000 anak bisa mati tahun ini jika mereka tidak memperoleh pertolongan,” kata Ketua Bantuan PBB bagi Sudan Selatan, Toby Lanzer, pada peluncuran rencana mendukung 3,8 juta orang ‘yang dilanda kelaparan, kekerasan dan penyakit.’
Presiden Salva Kiir dan lawannya Riek Machar berkomitmen lagi pekan ini atas gencatan senjata yang mereka sepakati walaupun banyak analis skeptis mereka menginginkan konflik itu diakhiri kendati meyakini kemenangan masih mungkin diraih dengan cara-cara militer.
“Bahkan jika penghentian permusuhan tercapai … pertempuran dan pengungsian sudah merenggut nyawa jutaan orang,” kata Lanzer kepada wartawan seperti dikutip dari AFP, Selasa (17/6/2014).
Lanzer juga menambahkan, sementara ini tawaran bantuan senilai 740 juta dolar (547 juta euro) telah diterima, lembaga-lembaga bantuan memerlukan dana senilai 1 miliar dolar (739 juta euro).
Dua kesepakatan gencatan senjata sebelumnya dilanggar dalam beberapa jam.
“Sekarang musim hujan, kondisi di Sudan Selatan memburuk. Orang-orang hidup dalam kubangan lumpur,” kata Lanzer.
“Kolera telah terjadi, malaria merajalela dana banyak anak-anak kukurangan gizi. Jutaan orang memerlukan bantuan kesehatan darurat, pangan, air bersih, sanitasi yang memadai dan tempat berlindung untuk selama setahun,” kata dia.
Pembicaraan perdamaian berbulan-bulan di Ethiopia hanya sedikit mengalami kemajuan. Sejauh ini sudah 17 juta dolar (12 juta euro) dihabiskan untuk menyelenggarakannya.
Lebih 94.000 warga sipil masih berlindung di pangkalan-pangkalan PBB yang padat, terlalu takut pergi karena akan menghadapi serangan.
“Tujuan segera dari operasi bantuan itu ialah menyelamatkan nyawa dan mencegah kelaparan,” demikian seruan PBB yang disiarkan Sabtu.
Dengan banyak komunitas tak dapat berladang atau bergantung pada ternak mereka, risiko kelaparan terbuka lebar. Di beberapa kawasan di negara itu yang sangat sulit dicapai, orang-orang sudah mulai kelaparan. (liputan6.com/ +ResistNews Blog)