“Kami tidak yakin bahwa kompleks itu masih tersisa material senjata kimia yang berharga. Sisa-sisa senjata yang ada amat sulit dan tidak aman bila dipindahkan,” ujar Jen Psaki, seperti dikutip The Wall Street Journal, Jumat (20/6/2014).
ISIL menguasai komplek militer Al Muthana yang dianggap sebagai lokasi militer penting ketika Saddam Hussein masih berkuasa. Senjata kimia di tempat tersebut diketahui sudah tidak berharga dan dinilai telah usang.
Psaki menambahkan, AS tetap mengkhawatirkan setiap fasilitas militer yang berhasil dikuasai oleh ISIS. Kompleks yang berada disekitar 80 kilometer dari Baghdad ini, pada era Saddam digunakan untuk memproduksi dan menyimpan senjata kimia termasuk sarin dan gas mustard.
Bahkan senjata-senjata buatan rezim Saddam ini juga pernah digunakan untuk melawan etnis Kurdi di Halabja pada tahun 1988.
Sementara dalam laporan yang dikeluarkan oleh CIA pada 2004 disebutkan, Kompleks Al Muthanna dibombardir saat perang teluk dalam Operasi Desert Storm (1991). Dinamai Desert Storm atau badai gurun karena operasi ini ditujukan untuk membuat badai di gurun dengan cara mejatuhkan banyak bom dan peluru yang mengakibatkan badai besar. Akibatnya sejumlah titik produksi di kawasan inipun lumpuh dan kegiatan produksi senjata kimia terhenti.
Sebagian besar senjata kimia milik Irak sudah dihancurkan atau dibuang berdasarkan pengawasan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara beberapa dari mereka ditinggalkan dan diisolasi di dua bunker di Al Muthanna. [lasdipo.com/ +ResistNews Blog ]