Dikabarkan di Beritasatu pada Selasa (08/04/2014), lembaga Maarif Institute meluncurkan buku bertajuk “Agenda Pelajar Muslim: 24 Minggu Menjadi Teladan Bangsa”. Buku berbentuk jurnal harian itu akan dibagikan kepada para pelajar aktivis Kerohanian Islam (Rohis) di 21 sekolah di Yogyakarta dan Cianjur.
Terang-terangan salah seorang panitia menyebutkan bahwa tujuan agenda ini adalah untuk menghadang semangat diniyah yang oleh mereka disebut sebagai radikalisme. ”Di beberapa SMU negeri, sepak terjang kelompok radikal yang berupaya memperlemah nilai kebhinekaan dan nasionalisme semakin terbuka dilakukan melalui ekstrakurikuler keagamaan di sekolah,” kata Direktur Program Maarif Institute Abdullah Darraz.
Darraz mengatakan pada Juni 2011, penganut nasionalisme di Indonesia bergidik dengan kasus penolakan penghormatan bendera merah putih dalam upacara oleh dua institusi pendidikan di Karanganyar. Pada Oktober 2013 di Batam, dua siswa SMKN juga terang-terangan menolak penghormatan kepada bendera merah putih karena alasan serupa.
Peluncuran buku ini didukung pula oleh cendekiawan liberalis lain seperti Azyumardi Azra. Ia menyalahkan pengajaran agama Islam yang sudah ada di Indonesia dengan mencibirnya terlalu menekankan aspek kognitif.[BerSat/shoutussalam.com/ +ResistNews Blog ]