-->

Ansyad Mbai Sebut Anggota Komisi III Teroris, Rapat Langsung Ricuh


+ResistNews Blog - RAPAT dengar pendapat antara Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diwarnai sedikit kericuhan. Kericuhan itu melibatkan anggota Komisi III DPR Syarifudin Sudding dengan Kepala BNPT Ansyaad Mbai.

Kericuhan itu bermula saat Sudding diberi waktu memperdalam pertanyaan untuk Kepala BNPT. Politisi Partai Hanura itu melontarkan kritik keras, sampai mengusulkan agar BNPT dibubarkan karena tak memiliki prestasi yang jelas.

Kritik keras Sudding merujuk pada laporan BNPT dalam menangani kejahatan terorisme, khususnya aksi teror di Poso yang tak pernah selesai. Dari data BNPT, Sudding mengutip bahwa pada 2012 BNPT menangkap 89 teroris dan pada 2013 sebanyak 110 teroris. Sudding merasa tak puas dengan capaian BNPT tersebut.

“Siapa yang menangkap, BNPT atau Densus (88 Polri)? Kalau Densus, Densus-nya saja yang dibesarkan, BNPT-nya dibubarin,” kata Sudding di dalam ruang rapat Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/2/2014).

Setelah mendapat giliran berbicara. Ansyaad langsung memprioritaskan untuk menjawab kritik yang disampaikan Sudding. Ia menganggap hanya teroris yang suka bila BNPT dibubarkan.

“Terkait komentar itu, memang teroris selalu begitu perkataannya,” kata Ansyaad.

Mendengar hal itu, sontak Sudding berang. Ia langsung meminta izin kepada pemimpin rapat, Pieter C Zulkifli, untuk menginterupsi jawaban dari Ansyaad. “Tolong Bapak (Ansyaad) cabut pernyataan itu segera karena saya berbicara melihat kinerja (BNPT),” kata Sudding sambil menunjuk Ansyaad.

Sadar dengan suasana rapat yang mulai tak kondusif, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, Fahri Hamzah, langsung melayangkan interupsi meminta Pieter mengendalikan suasana di ruang rapat. “Pimpinan, tolong rapatnya dipimpin,” ujar Fahri.

Tak lama berselang, Ansyaad kembali melanjutkan waktunya berbicara. Ansyaad menjelaskan, ia terpaksa melontarkan jawaban keras kepada Sudding karena merasa tak etis mengkritisi BNPT secara berlebihan.

Ansyaad merasa selalu menjawab semua pertanyaan semampunya di dalam rapat bersama DPR. Kalaupun ada jawaban yang tidak memuaskan atau kurang mendetail, ia mempersilakan anggota DPR langsung mendatanginya untuk berdiskusi di kantor BNPT.

“Antara Densus dan BNPT itu satu, Pak, tidak perlu dijelaskan di sini. Deputi di BNPT itu mantan pejabat Densus semua. Dari dulu teroris ingin BNPT bubar, tapi kita ada karena desakan DPR,” ujarnya.

Setelah suasana mulai redam, Sudding membeberkan alasannya melayangkan kritik keras untuk BNPT. Ia mengaku selalu mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat Poso, yang merupakan konstituen di daerah pemilihannya, terkait aksi terorisme yang selalu muncul.

“Saya prihatin, termasuk di Poso. Apa enggak bisa dihentikan? Apa sengaja dipelihara? Kenapa enggak ada kerja sama lintas sektoral, jangan sekadar Densus, karena warga di sana enggak tahu BNPT,” katanya.

Seperti dikutip Kompas, ketegangan antara Sudding dan Ansyaad mereda dengan sendirinya. Ketua Komisi III DPR Pieter C Zulkifli yang memimpin rapat langsung menutup rapat setelah Ansyaad selesai memberi penjelasan. [Islampos/ +ResistNews Blog ]