blog.resistnews.web.id - Menghentikan kebiadaban rezim Myanmar terhadap Muslim Rohingya tidak
cukup hanya dengan surat. “Sekedar surat saja tidak cukup , kecaman
dunia dan PBB saja dia acuhkan apalagi hanya surat!,”ujar Juru Bicara
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto, Ahad (5/8) siang
di depan Istana Negara.
Menurut
Ismail, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengirim surat kecaman ke
rezim Myanmmar adalah suatu kemajuan, karena sebelumnya hanya diam saja.
Namun menurutnya, setidaknya ada dua alasan yang membuat SBY tidak
cukup hanya mengirim surat.
Pertama,
sebagai ketua ASEAN semestinya SBY melakukan tindakan efektif salah
satu anggotanya yang berbuat onar. Kedua, sebagai penguasa negeri Muslim
tersebsar dunia semestinya SBY lebih bertanggung jawab untuk mencegah
terulangnya lagi pembantaian kaum Muslim Rohingya di Arakan.
Tindakan
efektif yang dapat mencegah rezim Myanmar mengulangi lagi kedzalimannya
itu menurut Ismail adalah mengerahkan tentara ke sana. “Hanya dengan
militer kedzaliman lebih lanjut bisa dicegah,” ungkap Ismail di
sela-sela aksi Solidaritas Muslim Rohingya.
Menurutnya,
saat ini belum ada satupun kekuatan luar yang dapat menghentikan
kedzaliman Myanmar karena tidak ada satu pun yang mengerahkan
tentaranya. Padahal sejak tahun 1940-an, secara priodik, sistematis dan
efektif, rezim Budha Burma itu membantai Muslim Rohingya di Arakan.
Dibawah
sengatan terik matahari, sekitar 4000 massa tengah melaksanakan puasa
Ramadhan tersebut tampak antusisa longmarch dari Patung Kuda Silang
Monas menuju Istana Negara.
Tepat
di depan Istana Negara tempat SBY berkantor, massa yang merupakan
aktivis dan simpatisan HTI Sejabodetabek itu membentangkan spanduk yang
bertuliskan: “SBY!!!Kirim Pasukan, Selamatkan Muslim Rohingya.”[] Joko Prasetyo; photo by Fatih Mujahid