-->

Peternakan Babi, akan Dilarang di Jabar

blog.resistnews.web.id - Jabar akan menutup ratusan peternak babi jika pasal pelarangan dalam Raperda Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan disetujui dewan. Peternak babi, banyak yang tidak mematuhi aturan kelayakan pendirian peternakan yang seharusnya.

Padahal, peternakan babi di Jabar sendiri, kebanyakan berlokasi di pegunungan. Dikhawatirkan, kotoran babi bisa mencemari aliran sungai dan air itu menjadi haram.

Menurut Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Jabar Koesmayadi Tatang Padmadinata, rencana tersebut ada dalam salah satu pasal Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang rencananya akan dibahas DPRD Jabar tahun ini.

"Saat ini draftnya sudah ada di Biro Hukum (Pemprov), saya nggak tahu apakah dewan akan meloloskannya atau tidak," kata Koesmayadi kepada wartawan akhir pekan lalu.

Koesmayadi menjelaskan, penutupan ini dilandasi oleh kondisi lapangan. Karena, para peternak tidak mematuhi kelayakan pendirian peternakan dengan semestinya. "Mereka membuat peternakan di gunung, MUI bilang kalau aliran air terkena kotoran babi saja sudah haram," imbuhnya.

Peternakan babi, kata dia, dalam aturan diharuskan berdiri di tanah dengan aliran air terbawah. Namun, dengan kondisi seperti sekarang hal tersebut bisa jadi persoalan. Karena, masyarakat Jabar banyak yang Muslim.

Koesmayadi mengaku, selama ini Disnak Jabar kesulitan untuk melakukan penertiban. Karena, banyak peternakan yang mengambil daerah-daerah tinggi.

"Kami ingin memberi ketenangan karena kalau terus dibiarkan bisa timbul persoalan di akar rumput," tegas Koesmayadi.

Selain itu, sambung Koesmayadi,  penyakit kolera yang disebarkan oleh babi dikhawatirkan menyebar di Jabar. Padahal, hingga saat ini provinsi Jabar termasuk daerah bebas kolera.

Rencana penutupan peternakan babi ini, kata dia, didasari juga belum banyaknya peternakan babi di Jabar. Jumlahnya, tidak sampai seribu sehingga jumlah tenaga kerjanya pun tidak behitu banyak. 'Jadi mumpung belum banyak lebih baik ditutup saja," katanya.

Produksi daging babi di Jabar sendiri terbilang minim hanya 87 ton per tahun. Ini pun, kata Koesmayadi, kebanyakan disuplai untuk kebutuhan Jakarta. Jabar sendiri saat permintaan tinggi, memasok kebutuhan dari Boyolali.

Jika peternakan babi di Jabar resmi ditutup, menurut Koesmayadi, maka untuk memenuhi kebutuhan bisa meminta pasokan dari Jawa Tengah. "Di sana jumlahnya masih banyak," tuturnya. (republika.co.id/blog.resistnews.web.id)