Sayap Militer Etnis Kachin Sejak melakukan latihan |
blog.resistnews.web.id - Bentuk
penindasan pemerintahan Budha Myanmar bukan hanya dialami oleh etnis
minoritas Muslim Rohingya. Penindasan serupa juga dirasakan oleh
minoritas etnis Kachin yang kebanyakan beragama Kristen.
Pernyataan ini disampaikan Presiden Rohingya
Association Forum, Lukman Al Hakim. Hanya saja, menurut Lukman, etnis
Kristen Kachin lebih memiliki kapasitas yang memadai dalam menghadapi
kebrutalan pemerintah Myanmar. Mereka lebih solid dan memiliki kesiapan
perang yang kuat.
“Mereka memiliki 20.000 tentara dan terlatih, dan mereka juga mempunyai senjata,” jelas Lukman kepada hidayatullah.com.
Rabu (08/08/2012) saat ditemui di Ar-Rahman Qur’anic Learning (AQL).
Seperti diketahui, Lukman datang ke Indonesia dalam rangka menjelaskan
duduk persoalan yang terjadi pada etnis Muslim Rohingya di Myanmar.
Menurut Lukman, kekuatan etnis Kachin lahir setelah kelompok etnis ini melahirkan organisasi The Kachin Independence Organization (KIO). KIO berdiri pada tanggal 5 Februari 1961. KIO dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekkan Kachin dari federasi Myanmar.
Setelah itu KIO juga memiliki sebuah sayap militer bernama Kachin Independence Army (KIA). Sayap militer inilah yang menjadi pelindung utama etnis Kachin di Myanmar.
Setelah itu KIO juga memiliki sebuah sayap militer bernama Kachin Independence Army (KIA). Sayap militer inilah yang menjadi pelindung utama etnis Kachin di Myanmar.
Menurut Thin Oo Than, salah seorang komandan dari
KIA. Tujuan dari hadirnya KIA adalah mendukung perjuangan KIO untuk
kemerdekaan Kachin dari Myanmar.
“Kami berjuang untuk kemerdekaan Kachin, dan itu untuk melindungi etnis kami” Jelasnya seperti yang dikutip AFP.com.
Kachin, secara kolektif dan mandiri juga telah
membangun infastruktur pendidikan dan kesehatan. Kachin dikenal sangat
berpengaruh disepanjang wilayah perbatasan China. Pemerintah Myanmar
hingga hari ini tidak mampu melawan ‘pemberontak’ Kachin.
Markas KIO sendiri berada di bukit yang menghadap ke kota perbatasan di Laiza, Myanmar.
Populasi penduduk mereka diawal tahun 2000-an mencapai 7500 jiwa.
Itulah salah satu alasan mengapa pemerintah China tidak mau Rohingya
berkembang seperti Khacin. Masalahnya, jangankan senjata, etnis Muslim
di Rohingnya tak memiliki apapun. Kecuali harapan damai dan bantuan dari
saudara-saudara Muslim nya. (hidayatullah/blog.resistnews.web.id)