-->

KH Ma’ruf Amin: Kaum Muslim Belum Aware Industri Syariah

Umat Islam Indonesia masih belum aware (sadar) dan respon terhadap industri syariah
blog.resistnews.web.id - Baru-baru ini, Majalah Investor memberikan penghargaan kepada sembilan perusahaan asuransi nasional yang berhasil meraih predikat Asuransi Terbaik 2012, meliputi 4 asuransi jiwa, 4 asuransi umum dan satu reasuransi. 
Yang menarik, banyaknya nama-nama perusahaan asuransi dan keuangan syariah terbaik versi Majalah Investor yang justru dikelola oleh non-Muslim. Sebut saja  seperti Asuransi Jiwa Sinar Mas, Reasuransi Nasional Indonesia dan MNC Dana Syariah.

Menurut Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Ma’ruf Amin, fenemona itu tidak perlu dipersoalkan karena menurutnya syariah adalah sistem yang membolehkan siapa saja mengambil manfaat.

“Syariah itu kan sistem ya jadi memang kita membolehkan siapa saja, muslim atau non Muslim mengikuti syariah, berarti yang tahu peluang-peluang bisnis itu orang-orang non Muslim, oleh karena itu mereka lebih respon, yang kedua mungkin yang punya modal untuk berbisnis, pengetahuannya itu juga kebanyakan non Muslim,” terang ulama kelahiran Tangerang 69 tahun yang lalu ini kepada hidayatullah.com, Rabu (08/08/2012) lalu.

Ia menyadari bahwa mayoritas umat Islam Indonesia masih belum aware (sadar) dan respon terhadap industri syariah.

“Umat muslim kita masih belum aware, itu nyatalah, faktual ya. Kemauannya harus didorong, kemampuannya juga harus ditingkatkan,” terangnya lagi.
Padahal, menurutnya, orang luar negeri justru senang belajar perbankan syariah di Indonesia, kalau orang Korea bilang, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) lebih mendekati kebenaran, di luar negeri fatwanya tidak ada yang seperti DSN. Itu karena,  fatwa-fatwanya lebih aplikatif.
“Berarti Muslimnya perlu dibangkitkan supaya tidak menjadi kaum dhuafa lagi. Umat Islam harus diberdayakan, harus di edukasi, pemerintah perlu mengambil bagian dari industri syariah itu,” jelas Ketua Dewan Syariah Nasional yang juga menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden ini.
Kemudian terhadap stigma yang masih tercipta di masyarakat bahwa perbankan syariah tidak jauh berbeda dengan konvensional, ia berharap bahwa semua pihak khususnya ulama dan pelaku industri syariah harus terus mengedukasi masyarakat bahwa perbankan syariah sangat jauh berbeda dengan konvensional.
“Perbedaan antara syariah dengan konvensional seperti sumur bor dengan langit ketujuh, jadi perbedaannya sangat jauh sekali,” ungkapnya.
Selain itu, perbankan syariah harus dikatrol melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Harus ada keberpihakan pemerintah kepada perbankan syariah.
“Jadi ke depan kita berharap yang banyak nantinya adalah muslim,” tambahnya. (hidayatullah/blog.resistnews.web.id)