-->

National Post: Mursi Memasuki Perang Melelahkan Untuk Mengembalikan Kekuasaannya

ResistNews - Surat kabar Inggris “National Post” heran dengan konflik saat ini, yaitu antara Presiden baru Mesir Muhammad Mursi dengan kepemimpinan militer yang selalu menghormatinya dalam setiap kesempatan, namun pada saat yang sama mencoba untuk mengontrolnya dan memperkecil kekuasaannya. Inilah yang membuat Mursi memasuki perang melelahkan penuh gesekan untuk mengembalikan kekuasaannya dan memperkecil pengaruh militer.
Surat kabar itu mengatakan bahwa Presiden yang baru terpilih, Muhammad Mursi memimpin upacara wisuda tentara pada dinas militer, dan para jenderal pun memberinya hormat seperti biasa. Formalitas ini adalah permainan kecerdasan antar rival yang berusaha mendapatkan kekuasaan yang tengah berkembang ke arah perang melelahkan penuh gesekan untuk memperkecil pengaruh militer, yang telah memerintah negara itu sejak 60 tahun lalu.
Surat kabar itu menambahkan bahwa Mursi sampai pada puncak kekuasaan melalui pemilu rakyat pertama yang adil dalam sejarah Mesir, namun para jenderal telah memangkas kekuasaannya pada malam kemenangannya, bahkan mereka memperingatkan kelompok Islamis bahwa mereka akan berbuat seperti yang mereka lakukan pada pemimpin mereka yang lama, Mubarak, dan akan menjatuhkan presiden baru dengan cepat melalui benturan militer, yang dianggapnya sebagai permainan politik dalam kehidupan nasional Mesir, meski mereka tidak memberinya kemungkinan apapun untuk mempengaruhi urusan mereka.
Surat kabar mengatakan bahwa pemerintah baru akan berusaha untuk membiarkan kementerian yang paling berpengaruh di tangan tentara, yang juga memiliki kata terakhir dalam pemberlakuan undang-undang baru, sejak pembubaran parlemen yang didominasi oleh Ikhwanul Muslimin, setelah ada putusan Mahkamah Konstitusi.
Surat kabar menjelaskan bahwa selama delapan dekade sejak pendiriannya, Ikhwan Muslimin menghindari konfrontasi langsung dengan mereka yang berkuasa, dan tampaknya bahwa Mursi akan berpegang teguh pada tradisi yang sama, yaitu bekerja untuk membuat jalan secara bertahap menuju sebuah negara homogen.
Surat kabar itu mengutip dari seorang pejabat senior di pemerintah-yang menolak disebutkan namanya-dalam komentarnya atas cara yang tengah berlangsung antara Mursi dan militer, ia mengatakan: “Ini adalah tarian kalajengking,” yang diperagakan secara resmi, di mana militer mengambil langkah untuk mengontrol Mursi di masa depan dengan memberikan dirinya hak untuk memveto rangcangan konstitusi baru.
Seorang diplomat Barat mengatakan bahwa ia perlu kompromi dengan menerima apa yang disebutnya sebagai “presiden tidak lengkap”, bahwa itu masih lebih baik daripada tidak sama sekali (islamtoday.net, 6/7/2012).