Sebagaimana yang dilaporkan situs http://rt.com/ (25/4) Counter-Jihad, gerakan yang terinspirasi pembantain Anders Breivik di Norwegia semakin berpengaruh di AS dan Eropa. Laporan
terbaru yang dikeluarkan aktivis Inggris kelompok “Hope Not Hate”
memetakan penyebaran dan hubungan kelompok-kolompok anti Islam ini .
Dalam
dokumen ini tercatat 300 organisasi dan individu yang menggunakan
retorika anti-Islam untuk menarik pendukung dan pemilih. Di Inggris
terdapat 22 kelompok anti-Islam , yang paling berpengaruh adalah Liga Pertahanan Inggris (EDL) .
Laporan
ini juga memetakan jaringan yang sama di Amerika Serikat. Lebih dari 47
organisasi anti-Islam menyebarkan persepsi negative tentang Islam ,
minoritas muslim,dan budaya Islam.
Anders
Breivik membantai 77 orang Juli lalu di pulau Norwegia Utoya.
Sebelumnya dia mengaku memiliki hubungan dengan organisasi Luton, memuji
kelompok radikal dalam manifesto dan menyebutnya sebagai “berkat.”
Menguatnya
diskriminasi terhadap umat Islam di Eropa tidak bisa dilepaskan dari
menguatnya propaganda kebencian terhadap terhadap migran asing terutama
muslim di Eropa dan Amerika saat ini.
Xenophobia
(ketakutan terhadap orang asing) maupun Islamophobia, telah mematikan
nalar para jurnalis yang seharusnya jeli dalam mengungkap dan
menyimpulkan fakta. Media kemudian mencari jalan pintas dengan mengikuti
selera kedengkian yang populer di masyarakat.
Meningkatnya
sentimen anti Islam (islamo-phobia) di Eropa tampak dari kemenangan
bebarapa partai ultranasionalis yang dikenal anti imigran dan anti Islam
di berbagai kawasan Eropa. Dalam berbagai pemilu di negara Eropa,
partai-partai ekstrim itu ternyata cukup mendapat tempat.
Geert
Wilders – yang menyerukan untuk membakar setengah dari Al Qur’an-
sukses di parlemen Belanda. perlahan mendapatkan banyak suara. Jimmie
Akeson dari partai Demokrat Swedia mendapat 20 suara di Swedia. Partai
Nasional Inggris (BNP) dan Liga Pertahanan Inggris (EDL) Inggris juga
memiliki pandangan yang sama.
Dukungan
terhadap kelompok anti Islam, merupakan cerminan standar ganda
demokrasi Barat. Di satu sisi mereka menyerukan kebebasan berpendapat
dan beragama, di sisi lain umat Islam ditindas atas dasar kebencian
terhadap agama dan perbedaan pemikiran. Dan ini didukung oleh politisi
yang ingin mendapat suara publik. (FW/hizbut-tahrir.or.id)