ResistNews - Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo menilai Indonesia merupakan negara yang lucu. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber energi murah yaitu batubara, tetapi justru batubara tersebut malah di ekspor. Sedangkan Indonesia memilih impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya lebih mahal.
"Indonesia negara lucu, ekspor yang murah, tapi impor yang mahal. Orang yang gak kaya minyak tapi pakai yang mahal. Orang miskin kalau pakai yang mahal maka akan susah hidupnya," tegas Widjajono saat ditemui di Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jumat (30/3/2012).
Widjajono menyatakan masalah energi di Indonesia itu karena masih belum berkembangnya energi terbarukan. Hal ini disebabkan kurangnya investasi pemerintah terhadap sektor ini akibat terkurasnya anggaran negara untuk biaya subsidi energi.
"Brazil itu berhasil karena BBM-nya tidak disubsidi, jadi duitnya untuk investasi, disparitas harganya lumayan karena duitnya ada untuk inovasi. Jadi orang Brazil ini pinter," ujarnya.
Selain investasi, Widjajono menyatakan perlunya otak dan hati untuk memajukan energi terbarukan itu.
"Terbarukan itu perlu otak tetapi juga yang diperlukan hati. Kalau tidak punya otak maka tidak punya akal, tapi kalau tidak punya hati maka tidak punya moral," jelasnya.
Lebih lanjut, Widjajono heran dengan kultur masyarakat Indonesia yang justru bangga dengan jumlah mobil yang banyak meskipun bahan bakarnya masih disubsidi.
"Mobil di Singapura itu 5 tahun ganti, tapi di Indonesia malah bangga mobil tambah meskipun BBM-nya disubsidi," pungkasnya. (nia/dru/dtk)
"Indonesia negara lucu, ekspor yang murah, tapi impor yang mahal. Orang yang gak kaya minyak tapi pakai yang mahal. Orang miskin kalau pakai yang mahal maka akan susah hidupnya," tegas Widjajono saat ditemui di Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jumat (30/3/2012).
Widjajono menyatakan masalah energi di Indonesia itu karena masih belum berkembangnya energi terbarukan. Hal ini disebabkan kurangnya investasi pemerintah terhadap sektor ini akibat terkurasnya anggaran negara untuk biaya subsidi energi.
"Brazil itu berhasil karena BBM-nya tidak disubsidi, jadi duitnya untuk investasi, disparitas harganya lumayan karena duitnya ada untuk inovasi. Jadi orang Brazil ini pinter," ujarnya.
Selain investasi, Widjajono menyatakan perlunya otak dan hati untuk memajukan energi terbarukan itu.
"Terbarukan itu perlu otak tetapi juga yang diperlukan hati. Kalau tidak punya otak maka tidak punya akal, tapi kalau tidak punya hati maka tidak punya moral," jelasnya.
Lebih lanjut, Widjajono heran dengan kultur masyarakat Indonesia yang justru bangga dengan jumlah mobil yang banyak meskipun bahan bakarnya masih disubsidi.
"Mobil di Singapura itu 5 tahun ganti, tapi di Indonesia malah bangga mobil tambah meskipun BBM-nya disubsidi," pungkasnya. (nia/dru/dtk)