Demonstrasi yang digelar usai sholat Jumat, diselenggarakan oleh partai terbesar di negara itu, Jamaat-e-Islami (JI).
Pemimpin JI Karachi, Muhammad Hussain Mahenti mengatakan bahwa peradilan AS telah membuktikan bahwa itu benar-benar bias melawan Muslim dan Islam, ketika Siddiqui dijatuhi hukuman 86 tahun penjara tanpa proses hukum.
Para pendemo mengangkat spanduk dan plakat bertuliskan slogan-slogan anti-AS. Mereka juga mengecam pemerintah Pakistan yang lepas tangan dalam menangani masalah Siddiqui.
Pada September 2010, pengadilan AS menjatuhi hukuman 86 tahun penjara setelah ia dinyatakan "bersalah" karena "menembak" agen FBI dan personil militer AS di kantor polisi di Ghazni, Afghanistan di mana ia sedang diinterogasi pada tahun 2008.
Ibu dari tiga anak ini tiba-tiba menghilang di Karachi dengan tiga anaknya pada tanggal 30 Maret 2003. Keesokan harinya, koran lokal melaporkan bahwa dia telah diculik oleh pasukan AS dan didakwa dengan "terorisme".
Kelompok-kelompok HAM mengatakan bahwa Siddiqui diam-diam telah dipindahkan ke pangkalan AS di Bagram, utara Kabul, dan disiksa selama lima tahun sebelum insiden yang dituduhkan kepadanya di tahun 2008.
Ia dibawa ke AS pada Juli 2008 dan dihukuman di pengadilan New York pada bulan Februari 2010.
Di Karachi pada hari yang sama (30/3), kakak Dr. Aafia, Dr. Fouzia Siddiqui memimpin aksi protes lainnya dari pusat Tebet menuju Karachi Press Club.
Fouzia mengatakan kepada media bahwa Dr. Aafia mengalami kondisi kesehatan serius dan bahwa para pejabat AS berulang kali menolak permintaan untuk menemui adiknya.
Dia menggambarkan kondisi di penjara Carswell sangat tidak manusiawi.
Fouzia juga meminta rakyat Amerika untuk mengangkat suara mereka melawan tindakan tidak manusiawi yang dilakukan pemerintah mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)