
Penyelundup senjata ke Yaman dilaksanakan oleh unit khusus yaitu Pasukan Unit Khusus al-Qud, yang merupakan Unit Operasi Khusus dari Corp Garda Republik Iran. Melalui Unit Khusus al-Qud itu, Iran mengirimkan senjata AK-47, roket, rudal anti tank, dan sejumlah senjata lainnya, yang akan digunakan para pemberontak Houthi di Yaman. Pengiriman senjata itu, menurut sebuah sumber intelijen, berkat adaya kerjasama dengan sejumlah mantan pasukan elite Amerika Serikat dengan Unit al-Qud. Pihak berwenang Yaman mendapatkan bukti-bukti senjata-senjata yang disita di pantai Yaman, dekat dengan pelabuhan Aden.
Awal tahun ini, Iran mengirim ke Yaman bahan-bahan yang digunakan membuat alat peledak, yang dikenal memiliki daya eksplosif yang sangat tinggi atau EFP, ujar seorang pejabat tinggi dibidang keamanan Yaman. Bahan-bahan peledak dikirim dalam kargo melalui Turki dan Mesir berlabuh di Aden.
Kargo yang dikirimkan kepada pengusaha Yaman, yang berafiliasi dengan pemberontak Houthi, berhasil dicegat oleh fihak keamanan pemerintah, kata seorang pejabat Yaman. Seorang pejabat intelijen Barat, mengatakan Iran memasok berbagai jenis bom sangat mematikan, yang digunakan menghancurkan terhadap kelompok perlawanan di Irak, yang umumnya Sunni.
"Iran benar-benar memainkan peran besar di Yaman sekarang ini," kata pejabat Yaman di Sana.
Iran ingin terus menciptakan kekacauan politik di Yaman, dan mendorong pemberontak Houthi, terus melakukan perang terbuka terhadap pemerintah Yaman. Iran bukan hanya mengirimkan senjata dalam jumlah besar kepada pemberontak Syiah Houthi di Yaman, tetapi Iran mengirim Uni Khusus al-Qud, yang melatih pasukan pemberontak Houthi di Yaman.
Iran telah berhasil menghancurkan kelompok Sunni di Suriah dengan menggunakan tangan Bashar al-Assad, dan pasukan yang setia kepada Bashar al-Assad, dan mendpatkan dukungan dari Hesbullah, pasukan al-Mahdi, dan Garda Republik, serta mendapatkan dukungan dari Unit Khusus al-Qud. Langkah Iran ini mencerminkan sebuah kampanya yang sangat luas, terutama di kawasan Timur Tengah, dan ingin terus meningkatkan pengaruh hegemoninya dikawasan itu.
Langkah ini mencerminkan kampanye yang lebih luas, termasuk adanya usaha melakukan pembunuhan duta besar Saudi untuk Amerika Serikat pada Oktober, yang gagal. Usaha pembunuhan itu dilakukan oleh Unit Khusus al-Qud, yang melakukan operasi di luar negeri, dan bertujuan melakukan eleminasi terhadap target dan sasaran yang sudah ditentukan oleh pemerintah Iran.
"Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh menjaga Assad berkuasa," seorang pejabat intelijen di Timur Tengah. Iran mengirimkan ratusan pelatih dari Unit Khusus al-Quds, dan agen intelijen Iran ke Suriah. Iran membantu aparat keamanan Suriah dengan alat penyadap elektronik yang digunakan menyadap jaringan oposisi.
Pada awal Januari, menurut pejabat intelijen di Timur Tengah, mengatakan, Komandan Unit Khusus al-Quds, Qassim Suleimani, mengunjungi Damaskus, Suriah, dan memberikan cara-cara dan langkah-langkah yang harus diambil oleh Bashar al-Assad menghancurkan kekuatan pemberontak. "Apa yang kami lihat adalah upaya Iran jauh lebih agresif untuk terlibat dalam sejumlah bidang dan kegiatan militer," kata penasihat kontraterorisme Presiden Obama, John O. Brennan.
Para pengamat intelijen di Timur Tengah, mengatakan, bahwa Iran akan terus memainkan kartu "Syiah" di setiap negara, dan akan menciptakan instabilitas politik, seperti yang sekarang terjadi Yaman, Saudi, Bahrain, Qatar, Kuwait, Mesir, dan sejumlah negara lainnya di Afrika lainnya. Iran tidak menginginkan adanya stabilitas di negara-negara Sunni, sampai benar-benar kekuatan Syiah menjadi mapan, seperti Hesbullah di Lebanon, yang sekarang sudah menguasai negara itu.
Yaman pasca Ali Abdullah Saleh, yang sudah hengkang dari Yaman, dan sekarang berada di Amerika Serikat, harus menghadapi ancaman dari Syiah Houthi yang terus mendorong terjadinya instabilitas di negeri itu, yang baru saja rakyatnya usai menggulingkan Presiden Ali Abdullah Saleh. Wallahu'alam. (editorial eramuslim)