ResistNews – Perdana menteri Irak, Nouri al-Maliki, menganggap bahwa janggut ala Arab Saudi merupakan budaya terorisme. Selain itu, al Maliki pun menyatakan bahwa negara monarki yang didukung AS itu adalah sponsor utama terorisme di Irak.
Wikileaks belum lama ini merilis sebuah dokumen diplomatik AS mengenai pertemuan antara Perdana Menteri Irak dengan Jenderal David Petraeus dan Duta Besar AS untuk Irak, Ryan Crocker, tahun 2008. Al-Maliki menuduh Arab mendanai kelompok yang mempromosikan kekerasan di negeri ini, Al Jazeera melaporkan Jumat (10/9/2011).
Selain itu, dalam memo diplomatis Mei 2007 itu, perdana menteri Irak menyatakan kepada Petraeus dan Crocker, “Saya mengatakan kepada Wakil Presiden Cheney bahwa Pangeran Muqrin (dari Saudi) mendanai tentara Sunni untuk menentang pasukan Syiah.”
Maliki kemudian melanjutkan menambahkan bahwa Saudi memiliki budaya yang mendukung terorisme dan jika negara-negara Teluk Persia ingin mengatasi masalah terorisme maka mereka harus mulai dengan Arab Saudi.
“Jika mereka (negara-negara Arab di Teluk Persia) ingin berbicara tentang kekerasan, mungkin kita harus memiliki sebuah konferensi tentang Arab Saudi. Kebanyakan teroris di sini adalah orang Saudi … Orang-orang Saudi memiliki budaya yang mendukung terorisme. Pemerintah Saudi tidak bisa mengendalikannya, dan mereka tidak dapat menyingkirkan lembaga teroris yang menciptakan dan mendanai terorisme,” seperti diungkap dalam kabel diplomatis yang bocor tersebut.
Sejak tahun 2003, ketika mantan diktator Irak Saddam Hussein digulingkan dalam perang pimpinan AS di Irak, analis independen terus-menerus mempertahankan bahwa Arab Saudi mensponsori terorisme sektarian di Irak untuk mempromosikan pengaruhnya di wilayah tersebut dan melemahkan pemerintahan sipil di Baghdad.
Data juga memperlihatkan bahwa selama delapan tahun terakhir, mayoritas pelaku serangan bunuh diri yang ditangkap atau dibunuh di Irak merupakan warga negara Saudi atau negara-negara yang serumpun dengan Arab Saudi, seperti Yordania, Kuwait, Yaman, dan Uni Emirat Arab.
“Kami telah melihat tidak ada yang positif dari tetangga Irak, mereka tidak mengurangi hutang kami, mereka tidak mengembalikan duta besar mereka, dan mereka semua ikut campur dalam kehidupan politik, militer, dan keuangan kami,” kata al Maliki pada pejabat AS.
Selain itu, kabel tersebut juga menunjukkan bahwa Petraeus pernah bahkan memaksa pemerintah Irak untuk menaikkan harga bahan bakar minyak berat yang menyebabkan negara-negara seperti Yordania dan Suriah untuk membeli bahan bakar tersebut dari sumber lain. (althaf/arrahmah.com)
Wikileaks belum lama ini merilis sebuah dokumen diplomatik AS mengenai pertemuan antara Perdana Menteri Irak dengan Jenderal David Petraeus dan Duta Besar AS untuk Irak, Ryan Crocker, tahun 2008. Al-Maliki menuduh Arab mendanai kelompok yang mempromosikan kekerasan di negeri ini, Al Jazeera melaporkan Jumat (10/9/2011).
Selain itu, dalam memo diplomatis Mei 2007 itu, perdana menteri Irak menyatakan kepada Petraeus dan Crocker, “Saya mengatakan kepada Wakil Presiden Cheney bahwa Pangeran Muqrin (dari Saudi) mendanai tentara Sunni untuk menentang pasukan Syiah.”
Maliki kemudian melanjutkan menambahkan bahwa Saudi memiliki budaya yang mendukung terorisme dan jika negara-negara Teluk Persia ingin mengatasi masalah terorisme maka mereka harus mulai dengan Arab Saudi.
“Jika mereka (negara-negara Arab di Teluk Persia) ingin berbicara tentang kekerasan, mungkin kita harus memiliki sebuah konferensi tentang Arab Saudi. Kebanyakan teroris di sini adalah orang Saudi … Orang-orang Saudi memiliki budaya yang mendukung terorisme. Pemerintah Saudi tidak bisa mengendalikannya, dan mereka tidak dapat menyingkirkan lembaga teroris yang menciptakan dan mendanai terorisme,” seperti diungkap dalam kabel diplomatis yang bocor tersebut.
Sejak tahun 2003, ketika mantan diktator Irak Saddam Hussein digulingkan dalam perang pimpinan AS di Irak, analis independen terus-menerus mempertahankan bahwa Arab Saudi mensponsori terorisme sektarian di Irak untuk mempromosikan pengaruhnya di wilayah tersebut dan melemahkan pemerintahan sipil di Baghdad.
Data juga memperlihatkan bahwa selama delapan tahun terakhir, mayoritas pelaku serangan bunuh diri yang ditangkap atau dibunuh di Irak merupakan warga negara Saudi atau negara-negara yang serumpun dengan Arab Saudi, seperti Yordania, Kuwait, Yaman, dan Uni Emirat Arab.
“Kami telah melihat tidak ada yang positif dari tetangga Irak, mereka tidak mengurangi hutang kami, mereka tidak mengembalikan duta besar mereka, dan mereka semua ikut campur dalam kehidupan politik, militer, dan keuangan kami,” kata al Maliki pada pejabat AS.
Selain itu, kabel tersebut juga menunjukkan bahwa Petraeus pernah bahkan memaksa pemerintah Irak untuk menaikkan harga bahan bakar minyak berat yang menyebabkan negara-negara seperti Yordania dan Suriah untuk membeli bahan bakar tersebut dari sumber lain. (althaf/arrahmah.com)