www.matanews.com
Air Kolong Timah (ilustrasi)
ResistNews - Warga Kota Pangkalpinang dan sekitarnya mulai mengunakan air di 'kolong' bekas tambang timah karena air sumur bor mulai kering akibat kemarau panjang.
Sebagian besar warga yang sumur bornya sudah mengering itu menggunakan air kolong untuk mandi dan mencuci, seperti kolong mangkok. "hampir tiap pagi dan sore selalu ramai didatangi warga yang memanfaatkan air tersebut," ujar Dani, warga pengguna air kolong di Pangkalpinang, Senin (12/9).
Warga terpaksa menggunakan air bekas tambang timah. Airnya kurang bersih dan agak keruh karena tidak mengalir.
"Mau bagaimana lagi? Kami terpaksa harus menggunakan air kolong karena sulitnya mencari sumber air,'' kata Dani. ''Kalau membeli air bersih, itu cukup mahal sehingga harus mengeluarkan biaya lebih besar lagi. Sementara, ekonomi kurang mendukung.''
Jika hujan tidak juga turun dalam beberapa hari ini, maka warga akan semakin kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci. Sementara, kondisi air kolong timah pun mulai surut dan semakin keruh sehingga kurang layak untuk dimanfaatkan.
Wati, warga Kampung Opas, mengatakan bahwa sumur bor di rumahnya sudah kering. ''Kami terpaksa harus menggunakan air kolong untuk mandi dan mencuci, meski harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke kolong tersebut,'' katanya. "Warga sudah terbiasa menggunakan air kolong setiap kemarau panjang melanda daerah itu. Meskipun, air kolong tersebut kurang terjamin kebersihannya."
Untuk mengantisipasi sulitnya memperoleh air bersih, sebagian warga ada yang menambah kedalaman sumur bor mereka. Namun, tetap saja air sulit didapat sehingga kolong merupakan salah satu alternatif sumber air untuk mandi dan mencuci pakaian.
"Sampai saat ini warga menggunakan air kolong hanya sebatas untuk mandi dan mencuci. Kalau untuk air minum, warga bisa membeli air mineral isi ulang yang harga cukup murah yaitu Rp 3.000 per galonnya," ujarnya. (republika.co.id)
Sebagian besar warga yang sumur bornya sudah mengering itu menggunakan air kolong untuk mandi dan mencuci, seperti kolong mangkok. "hampir tiap pagi dan sore selalu ramai didatangi warga yang memanfaatkan air tersebut," ujar Dani, warga pengguna air kolong di Pangkalpinang, Senin (12/9).
Warga terpaksa menggunakan air bekas tambang timah. Airnya kurang bersih dan agak keruh karena tidak mengalir.
"Mau bagaimana lagi? Kami terpaksa harus menggunakan air kolong karena sulitnya mencari sumber air,'' kata Dani. ''Kalau membeli air bersih, itu cukup mahal sehingga harus mengeluarkan biaya lebih besar lagi. Sementara, ekonomi kurang mendukung.''
Jika hujan tidak juga turun dalam beberapa hari ini, maka warga akan semakin kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci. Sementara, kondisi air kolong timah pun mulai surut dan semakin keruh sehingga kurang layak untuk dimanfaatkan.
Wati, warga Kampung Opas, mengatakan bahwa sumur bor di rumahnya sudah kering. ''Kami terpaksa harus menggunakan air kolong untuk mandi dan mencuci, meski harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke kolong tersebut,'' katanya. "Warga sudah terbiasa menggunakan air kolong setiap kemarau panjang melanda daerah itu. Meskipun, air kolong tersebut kurang terjamin kebersihannya."
Untuk mengantisipasi sulitnya memperoleh air bersih, sebagian warga ada yang menambah kedalaman sumur bor mereka. Namun, tetap saja air sulit didapat sehingga kolong merupakan salah satu alternatif sumber air untuk mandi dan mencuci pakaian.
"Sampai saat ini warga menggunakan air kolong hanya sebatas untuk mandi dan mencuci. Kalau untuk air minum, warga bisa membeli air mineral isi ulang yang harga cukup murah yaitu Rp 3.000 per galonnya," ujarnya. (republika.co.id)