Mahasiswa dari beberapa universitas ternama di Britania dipercaya bepergian ke Somalia untuk ikut bertempur bersama kelompok-kelompok pendukung Al Qaida.
Hampir selusin pemuda Muslim Inggris, termasuk seorang peneliti medis perempuan, dikatakan baru-baru ini telah bergabung dengan Al Shabaab di Afrika Timur, sebuah organisasi perlawanan mirip Taliban di Pakistan.
Tokoh masyarakat Somalia di Inggris mengatakan bahwa para siswa dari London School of Economics (LSE), Imperial COllege dan King's College London adalah diantara mereka yang telah direkrut dalam satu tahun terakhir. Yang paling muda diyakini berumur 18 tahun.
Salah satu lulusan LSE yang tumbuh di Inggris dikatakan dipanggil istrinya yang hamil dari Mogadhisu, ibukota Somalia lalu berkata: "Aku disini membela negara dan hak-hak ku, aku pikir kita tidak akan bertemu lagi".
Sebuah penyelidikan dari The Sunday Times kedalam jaringan "pipa" Somalia memperkuat dugaan bahwa Inggris telah menjadi lahan subur bagi perkembangan Al Qaida.
Ini diikuti kasus Umar Farouk Abdulmutallab, lulusan teknik London yang mencoba melakukan aksi peledakkan pada penerbangan transatlantik Natal lalu.
Biro keamanan Inggris percaya bahwa anak-anak Inggris ini bepergian keluar negeri untuk ikut berlatih dan bertempur di Somalia dan Yaman dan menimbulkan resiko kemanan serius jika mereka kembali ke Inggris lagi. Mereka menduga bahwa setidaknya dua lusin anak-anak Inggris telah pergi ke Somalia untuk mengangkat senjata dan menjadi pelaku bom, namun tokoh masyarakat Somalia di Inggris percaya bahwa jumlah mereka yang berangkat lebih dari 100.
Al Shabaab (yang artinya Pemuda) bertujuan menegakkan Shariah Islam diseluruh Somalia dan mengobarkan perang terhadap pemerintahan Somalia sekarang yang didukung Barat. Para analis menyatakan bahwa Al Shabaab adalah cabang Al Qaida di Afrika.
Salah satu lulusan LSE meninggalkan London awal tahun lalu, awalnya ia mengatakan kepada istrinya dan orang tuanya bahwa ia melakukan perjalanan ke Dubai untuk bekerja sebagai wartawan di surat kabar Khaleej Times, namun dia tak pernah kembali lagi.
Ada pula seorang pemuda 25 tahun dan merupakan fans klub sepakbola Arsenal, awalnya ia datang ke Inggris dari Somalia pada tahun 1994 dan dibesarkan di Leeds, pemuda inipun akhirnya pergi ke Mogadishu. Untuk apalagi kalau bukan untuk berperang. Padahal kawan-kawannya mengatakan ia tidak terlalu relijius dan pada saat menikah ia memakai pernikahan model Barat.
Yang lebih mengagumkan adalah kisah dua mahasiswa dari London barat yang diyakini telah melakukan perjalanan ke Somalia sekitar sembilan bulan lalu. Kedua pemuda tersebut salah satunya berumur sekitar 23 tahun, sarjana hukum dari King's College dan satunya lagi berumur 25 tahun dan telah menyelesaikan gelar dokter di Imperial College, ia pernah bekerja sebagai relawan kampanye anti-narkoba di Ealing dan dianggap sangat berpengaruh diantara pemuda Somalia. Keduanya kini bertempur di Somalia, tak peduli dengan gelar pendidikan mereka.
Hampir pada waktu yang sama dengan keberangkatan dua pemuda tersebut, seorang wanita Muslimah 24 tahun, mahasiswi biomedis di University of East London juga meninggalkan Inggris, teman-temannya mengatakan ia bergabung dengan "tim medis" Al-Shabaab.
Menakjubkan, para pemuda-pemudi Muslim ini walaupun lama belajar di Barat dengan model pendidikan Barat pula namun masih berhasrat berangkat berjihad ke medan perang, padahal mata kuliah yang mereka tempuh tidak ada hubungannya dengan agama. Bandingkan dengan mahasiswa Indonesia yang belajar di Barat, pulang dari menempuh studi mereka jadi pengusung ide-ide Liberal yang malah menggerogoti Islam.
[muslimdaily.net/times/ans]