-->

Intelijen AS Buka Mulut Soal Kecurangan Israel dan Inggris

Tudingan Iran terhadap Israel dan Inggris bahwa kedua negara itu telah memanipulasi dokumen-dokumen tentang program nuklir Iran, bukan tudingan tanpa dasar. Sumber-sumber intelijen di AS mengaku tahu tentang hal itu dan membenarkan bahwa Israel dan Inggris telah memanipulasi dokumen-dokumen tentang program nuklir Iran yang dipublikasikan di surat kabar Times pada 14 Desember lalu.

Wartawan investigasi Inter Press Service (IPS), Gareth Porter yang membuat laporan tersebut, berhasil mengorek keterangan dari agen-agen intelijen AS soal kecurangan yang dilakukan oleh agen-agen intelejen Israel dan Inggris untuk menyudutkan Iran dalam hal program nuklirnya.

Seorang mantan agen CIA yang bertugas di departemen anti-terorisme antara tahun 1976-1992, Philip Giraldi pada IPS mengatakan bahwa AS tidak terlibat dalam konspirasi itu. Sumber-sumber di intelijen AS, kata Giraldi, menduga keras Inggris dan Israel yang telah memanipulasi dokumen-dokumen tentang program nuklir Iran.

Dalam artikel yang dimuat Times disebutkan bahwa Iran diam-diam sedang melakukan uji coba sebuah komponen penting untuk membuat bom nuklir yang disebut "inisiator neutron". Times mengklaim artikelnya itu berdasarkan dokumen-dokumen program nuklir Iran tapi tidak menyebutkan darimana Times mendapatkan dokumen-dokumen tersebut. Times hanya mencantumkan kutipan dari narasumber yang disebutnya sebagai "sumber intelejen Asia." Sejumlah media menggunakan istilah "sumber intelejen Asia" yang merujuk pada agen-agen intelijen Israel.

Sumber anonim itu, seperti ditulis Times mengatakan bahwa pemerintahnya yakin bahwa Teheran sudah mengerjakan inisiator neutron sejak tahun 2007. Tapi klaim tersebut dibantah oleh Ramin Mehman-Parast, jubir menteri luar negeri Iran. Mehman menyatakan klaim tersebut sangat tidak berdasar.

Times memuat laporan tersebut beberapa saat sebelum para politisi AS dan Eropa menggelar pertemuan untuk membahas nuklir Iran. Hasil pertemuan itu lagi-lagi mengeluarkan ancaman berupa sanksi lebih berat dan kemungkinan serangan militer Israel terhadap Iran, jika Iran tidak juga menghentikan program nuklirnya.

Sementara itu, Porter dalam laporan investigasinya menulis, media massa AS dalam laporan-laporannya yang mengutip sejumlah analis intelejen AS seolah ingin memperkuat laporan Times tersebut dan membenarkan isi dokumen-dokumen program nuklir Iran yang diklaim surat kabar terbitan London itu.

Ditanya tentang hal ini, Giraldi mengakui pernyataan-pernyataan para analis intelijen yang dimuat media massa di AS memang mencurigakan. "Jaringan Rupert Murdoch (konglomerat media massa AS) sudah dimanfaatkan secara luas untuk mempublikasikan laporan-laporan intelejen palsu yang sumbernya dari orang-orang Israel dan beberapa diantaranya dari pemerintah Inggris," kata Giraldi.

Selain Times, media-media massa di AS milik Murdoch seperti Sunday Times, Fox News dan New York Post sudah menjadi rahasia umum sebagai media yang pro-Israel.

Bukan sekali ini saja, Giraldi mendapat laporan dari koleganya sesama intelejen tentang adanya dokumen-dokumen palsu. Giraldi sendiri berpengalaman mengungkap pelaku pemalsuan dokumen-dokumen penting di AS. Dua kasus besar pemalsuan dokumen dalam sejarah AS yang pernah ditangani Giraldi antara lain kasus pemalsuan surat yang dilakukan oleh Michael Ledeen pada tahun 2005.

Leeden adalah tokoh sayap kiri ekstrim yang pernah bekerja sebagai konsultan untuk Pentagon. Leeden membuat surat palsu yang menyebutkan bahwa Irak membeli uranium dari Nigeria. Surat itu menjadi salah satu pendorong mantan presiden AS George W. Bush melontarkan tuduhan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata nuklir dan memicu invasi AS ke Irak. Belakangan, tuduhan itu tidak pernah terbukti.

Giraldi pula yang berhasil membongkar pemalsuan surat yang dilakukan oleh para pejabat di "Kantor Perencanaan Khusus" yang bekerja dibawah lembaga Undersecretary of Defense for Policy Douglas Feith. Para pejabat di kantor ini sengaja membuat surat palsu yang seolah-olah ditulis oleh penasehat intelejen Saddam tentang rencana pengapalan yang dilakukan secara rahasia dari Nigeria.

Diduga motif Israel memalsukan dokumen-dokumen program nuklir Iran karena Israel tidak puas dengan laporan komunitas intelijen AS, National Intelligence Estimate tahun 2007 lalu yang menyimpulkan bahwa Iran tidak sedang membuat bom nuklir. (ln/prtv)