-->

Eksploitasi Masa Lalu, Trik Yahudi Memeras Uang

TEL AVIV (SuaraMedia News) – Nyaris setengah penduduk Eropa barat meyakini bahwa kaum Yahudi telah mengeksploitasi "penindasan masa lalu" mereka untuk memeras dan mendapatkan uang. Hal tersebut terungkap dalam sebuah laporan baru Israel.

Laporan tersebut, yang dilakukan atas kerjasama dengan Kementerian Informasi dan Diaspora Israel, menemukan bahwa 42 persen dari reponden yang dimintai pendapat oleh Universitas Bielefeld, Jerman, sepakat bahwa kaum Yahudi telah mengeksploitasi masa lalu untuk memeras dan mendapatkan uang, demikian dilansir oleh Haaretz pada hari Senin.

Negara-negara dengan persentase populasi terbesar yang menyetujui pernyataan tersebut adalah Polandia dan Spanyol.

Menurut laporan tahunan Jewish Agency yang dirilis pada tanggal 24 Januari 2010, insiden-insiden anti-Israel mengalami peningkatan pada tahun 2009, lebih banyak dibandingkan dengan tahun manapun pasca Perang Dunia II.

Dalam triwulan pertama tahun 2009, beberapa saat setelah terjadi agresi brutal Israel selama tiga pekan di Jalur Gaza, tercatat lebih banyak insiden "anti-Semit" jika dibandingkan dengan tahun 2008.

Perancis mencatatkan diri sebagai negara dengan peningkatan terbesar, dengan 631 insiden "anti-Semit" pada paruh pertama tahun 2009, bandingkan dengan 474 kejadian pada sepanjang tahun 2008. Inggris menduduki tempat kedua dengan mencatatkan lebih dari 600 insiden sepanjang tahun 2009.

"Dengan dimulainya operasi tersebut, gelombang sentimen anti-Semit mulai bermunculan di seluruh penjuru dunia," demikian disebutkan dalam laporan tersebut, merujuk kepada pembantaian Gaza pada musim dingin lalu yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Palestina.

Dalam konferensi pers yang dilakukan berbarengan dengan perilisan laporan tersebut, para ofisial juga merujuk pada sebuah tayangan video yang berisi tudingan perampokan organ tubuh manusia di rumah sakit lapangan yang dibangun IDF di Haiti.

Laporan tersebut juga menuding tindakan-tindakan yang menentang Israel sebagai tindakan anti-Semit, termasuk diantaranya sejumlah unjuk rasa untuk menentang "kebijakan" Israel.

Tim penyusun lapran dibentuk oleh kabinet Israel dalam pertemuan rutin pada hari Minggu lalu. Tujuan pembentukan tim tersebut adalah untuk merekomendasikan cara-cara untuk meningkatkan perlawanan terhadap anti-Semitisme.

Jewish Agency diberi wewenang untuk mengurusi masalah imigrasi dan mengajak kaum Yahudi agar datang ke Israel.

"Sekarang ini, sulit untuk membedakan "serangan anti-Israel" yang terjadi di Eropa dan AS, atau di berbagai belahan dunia lain, dengan serangan anti-Semit," tulis Menteri Informasi dan Diaspora, Yuli Edelstein dalam bab pembuka laporan tersebut.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa bentuk anti-Semitisme yang terjadi saat ini "bercampur dengan sebuah tujuan baru untuk menghilangkan 'hak negara Yahudi' untuk 'membela diri'."

Perdana Menteri dan Presiden Shimon Peres bertolak untuk melakukan kunjungan ke Polandia selama tiga hari, dimana mereka akan berpartisipasi dalam perayaan 65 tahun pembebasan Auschwitz dan hari peringatan Holocaust internasional pada hari Rabu besok. (dn/pv/hz/jta) www.suaramedia.com