Menurut Quigley, AS telah melakukan sejumlah tindakan yang memberi keuntungan bagi negara tersebut, namun berdampak merugikan bagi Haiti. AS telah menginvasi Haiti secara militer. AS telah mendukung para diktator yang menindas rakyat. AS telah menggunakan Haiti sebagai lahan pembuangan demi keuntungan ekonomi AS. AS telah merusak jalan raya dan pertanian Haiti. AS telah menggulingkan para pejabat pemerintah yang dipilih oleh rakyat. Quigley memaparkan tindakan AS terhadap Haiti secara kronologis.
Pada tahun 1804, Haiti terbebas dari kekuasaan Perancis melalui sebuah revolusi. AS menolak mengakui kemerdekaan negara tersebut dan penolakan itu terus berlangsung selama lebih dari 60 tahun. Mengapa? Sebab AS bermaksud untuk memanfaatkan tenaga warga Haiti. Di samping itu, pemberian pengakuan kepada Haiti dikhawatirkan akan mendorong timbulnya revolusi budak di AS.
Pasca revolusi, AS dan Perancis menerapkan embargo terhadap Haiti. Sanksi AS tersebut berlangsung hingga tahun 1863. Perancis, lewat kekuatan militernya, memaksa Haiti membayar biaya reparasi sebesar 150 juta franc untuk para budak yang dibebaskan. Ini adalah jumlah yang besar. Bandingkan dengan harga penjualan wilayah Louisiana dari Perancis kepada AS – hanya 80 juta franc!
Demi membayar biaya reparasi, Haiti terpaksa meminjam uang dari bank-bank di Perancis dan di AS. Haiti akhirnya berhasil melunasi hutang pada AS pada tahun 1947. Nilai hutang Haiti pada bank-bank AS dan Perancis tersebut kini setara dengan lebih dari $20 milyar.
Pada tahun 1915, AS di bawah kepemimpinan Presiden Woodrow Wilson menginvasi Haiti. Timbul perlawanan. Sekitar 2000 orang tewas. AS menguasai Haiti selama 1915-1934. Dalam kurun waktu 19 tahun tersebut, AS menguasai bea cukai, mengumpulkan pajak, dan mengendalikan institusi pemerintah.
Pada 1957-1986, Haiti dipimpin oleh anak-beranak diktator, "Papa Doc" and "Baby Doc" Duvalier. Kedua diktator tersebut mencuri jutaan uang rakyat. Sekitar 40% hutang luar negeri Haiti tersedot ke dalam kantong mereka. Sepuluh ribu nyawa rakyat melayang. Toh, AS terus mendukung kedua diktator tersebut secara ekonomi dan militer. Alasannya, anak-beranak Duvalier bersikap sesuai keinginan AS: mereka adalah anti komunis.
Tiga puluh tahun yang lalu, Haiti tidak mengimpor beras. Kini, hampir semua beras yang ada di Haiti adalah hasil impor. Dulu, Haiti adalah penghasil gula di Karibia. Kini, Haiti mengimpor gula. Mengapa? AS dan Perancis – yang mendominasi institusi-insitusi keuangan dunia, IMF dan Bank Dunia – memaksa Haiti untuk membuka pasanya bagi dunia. AS menggelontor Haiti dengan jutaan ton beras dan gula subsidi. Para petani Haiti menjadi lemah. Pertanian Haiti hancur. Haiti pun menjadi pasar terbesar ketiga di dunia bagi beras AS.
Pada tahun 2002, AS berhenti mengucurkan pinjaman sebesar ratusan juta dollar yang sedianya akan digunakan, antara lain, untuk proyek-proyek umum seperti pendidikan dan pembangunan jalan raya. Kini, regu penolong korban gempa di Haiti kesulitan berkendara di jalan raya Haiti.
Pada tahun 2004, AS lagi-lagi merusak kesempatan Haiti untuk menjadi demokratis. AS mendukung kudeta terhadap presiden yang terpilih lewat pemilu, Presiden Aristide.
Haiti bahkan menjadi tempat rekreasi seksual. Quigley menyarankan untuk memeriksa berita-berita secara cermat. Menurutnya, pembaca akan menemukan berbagai berita tentang pelecehan oleh para misionaris, tentara, dan pekerja sosial.
Perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS bekerjasama dengan para elit Haiti untuk memeras keringat rakyat Haiti yang berpendapatan kurang dari $2 per hari.
Quigley menutup paparannya dengan mengingatkan bahwa inilah saatnya AS memberi ganti rugi kepada Haiti. Apa yang saat ini diberikan AS kepada Haiti semestinya tidak dipandang amal, melainkan sebagai pembayaran hutang. Ini adalah saat untuk menciptakan keadilan, tegas Quigley. (es/meo) www.suaramedia.com