+ResistNews Blog - Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Selatan, Prof. Dede Rosyada mengatakan, bahwa mendirikan negara berstandar khilafah di Indonesia hanya akan membuang-buang banyak energi. Bahkan, menurutnya upaya itu tidak ada manfaatnya.
“UIN ini universitas pluralis, toleran, dan modern. Karenanya saya melihat membangun negara khilafah itu nggak ada gunanya. Indonesia dengan 4 pilarnya sudah final, harga mati,” ungkapnya dalam acara Silaturahmi Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam Indonesia, di UIN Jakarta, Selasa (02/05).
Ia menerangkan, dengan adanya 4 pilar Indonesia yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia sudah final. Jika memang ingin membangunnya di Indonesia, kenapa ulama-ulama zaman dahulu tidak melakukannya.
“Bahkan para pahlawan Islam Indonesia juga sepakat dengan Pancasila, karena mereka mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika. Kita sekarang nggak mungkin mikirin tentang dasar negara lagi, udah nggak waktunya,” ungkapnya.
Dede mengatakan, bahwa akhir-akhir ini memang ada kelompok yang berbeda yang menurutnya turut membuat Kapolri cukup kewalahan.
“Ada gerakan-gerakan yang merepotkan Kapolri, tapi akhirnya tenggelam lagi,” ungkapnya.
Ia pun menyinggung, daripada mendirikan negara khilafah, kenapa tidak mewarnai Pancasila yang ada.
“Di Indonesia shalat, zakat, haji tidak dilarang, lantas mengapa ingin mendirikan negara khilafah. Tidak ada gunanya, malah menghabiskan banyak energi saja,” tandasnya.
Sementara itu, Ustadz Umar Abdullah, penulis naskah Serial VCD Sejarah Khilafah Islam, mengungkapkan ketika runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki, kelompok-kelompok modernis Islam di Indonesia merasa bimbang. Mereka pun bersepakat untuk menegakkan kembali khilafah dengan membentuk Komite Khilafah tanggal 4 Oktober 1924 di Surabaya.
“Ketuanya Wondosudirdjo dari Sarekat Islam dan wakil ketua K.H. Abdul Wahab Hasbullah tokoh pendiri Nahdhatul Ulama sebagai utusan dalam kongres Khilafah di Mesir,” kata dia. [kiblat.net/ +ResistNews Blog ]
“UIN ini universitas pluralis, toleran, dan modern. Karenanya saya melihat membangun negara khilafah itu nggak ada gunanya. Indonesia dengan 4 pilarnya sudah final, harga mati,” ungkapnya dalam acara Silaturahmi Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam Indonesia, di UIN Jakarta, Selasa (02/05).
Ia menerangkan, dengan adanya 4 pilar Indonesia yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia sudah final. Jika memang ingin membangunnya di Indonesia, kenapa ulama-ulama zaman dahulu tidak melakukannya.
Dede mengatakan, bahwa akhir-akhir ini memang ada kelompok yang berbeda yang menurutnya turut membuat Kapolri cukup kewalahan.
“Ada gerakan-gerakan yang merepotkan Kapolri, tapi akhirnya tenggelam lagi,” ungkapnya.
“Di Indonesia shalat, zakat, haji tidak dilarang, lantas mengapa ingin mendirikan negara khilafah. Tidak ada gunanya, malah menghabiskan banyak energi saja,” tandasnya.
Sementara itu, Ustadz Umar Abdullah, penulis naskah Serial VCD Sejarah Khilafah Islam, mengungkapkan ketika runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki, kelompok-kelompok modernis Islam di Indonesia merasa bimbang. Mereka pun bersepakat untuk menegakkan kembali khilafah dengan membentuk Komite Khilafah tanggal 4 Oktober 1924 di Surabaya.
“Ketuanya Wondosudirdjo dari Sarekat Islam dan wakil ketua K.H. Abdul Wahab Hasbullah tokoh pendiri Nahdhatul Ulama sebagai utusan dalam kongres Khilafah di Mesir,” kata dia. [kiblat.net/ +ResistNews Blog ]