"Krisis di CAR telah berubah menjadi genosida yang dilakukan terhadap warga Muslim dari negara, dengan respon bisu dari masyarakat dunia, dalam konflik yang mengingatkan genosida Tutsi di Republik Rwanda yang telah mempermalukan kemanusiaan sampai hari ini," Union of African Scholars mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu, 15 Februari dan diperoleh OnIslam.net.
"Metode mengerikan kejahatan ini, termasuk mutilasi dan membakar korban hidup-hidup di depan kamera, bahkan tanpa menjauhkan dari wanita dan anak-anak, memerlukan reaksi yang tepat dengan mengejar para penjahat dan membawa mereka ke pengadilan," tambah Union of African Scholars.
"Kurangnya ketidakberpihakan ditampilkan oleh tentara Prancis dalam melucuti senjata milisi, di samping kelemahan dari pasukan Afrika, telah memungkinkan milisi Kristen untuk melakukan kekejaman ini tanpa rasa takut," kata pernyataan itu.
Para ulama juga menyalahkan Uni Afrika karena gagal untuk melaksanakan tanggung jawabnya, mendorong rasa takut akan terulangnya tragedi Rwanda di benua itu.
Pembunuhan terhadap muslim meningkat sejak Januari, ketika Catherine Samba-Panza, seorang Kristen yang menjabat sebagai walikota ibukota Bangui, terpilih sebagai presiden.
Sejumlah orang Islam digantung di siang hari bolong dan tubuh mereka dibakar. Beberapa masjid di Bangui, baru-baru ini juga telah dihancurkan dan puluhan rumah Muslim dijarah.
Pekan lalu, tidak lama setelah Samba-Panza meninggalkan upacara resmi, ratusan personel tentara menyeret seorang warga sipil dari keramaian dan digantung karena dicurigai sebagai mantan pejuang Muslim seleka. [muslimdaily.net/ +ResistNews Blog ]