-->

Muslimah dan Anak-Anak Dibantai Milisi Kristen, Media Asing Tutup mata


+ResistNews Blog - Walaupun Terjadi kekejaman anti-Muslim di Republik Afrika Tengah, media Asing seolah menutup mata. Masjid hancur, orang-orang mengungsi dan pembunuhan lainnya terjadi di negara tersebut, tapi media tak memberitakannya.

“Muslimah, anak-anak, bahkan wanita hamil dibunuh oleh anti-Balaka,” Yahiya Abu Bakar, ketua komite yang mengawasi masjid lokal di Bangui, mengatakan kepadaAnadolu Agency (AA) pada hari Kamis tanggal 19 Desember, lapor onislam.net.

Kesaksian tentang kekejaman yang dilakukan oleh milisi Kristen anti-Balaka terhadap komunitas Muslim Republik Afrika Tengah jarang ditemui di media internasional.

Bashir, seorang Muslim 48 tahun yang tinggal di distrik Fouh di Bangui yang mayoritasnya Kristen, adalah salah satu saksi mata dari kerusuhan brutal anti-Muslim yang terjadi awal Desember.

“Ketika masalah dimulai, milisi kristen anti-Balaka menyerang umat Islam di daerah,” kata Bashir yang mengenakan baju tradisional dara berwarna putih (jubah panjang terbuka) dan topi putih.

“Masjid lokal dihancurkan, seperti rumah saya.”

Pria 48 tahun itu menjelaskan bagaimana adiknya dan tiga orang lainnya dibunuh tanpa ampun sebelum mereka bisa melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka.

“Parang menghantam lehernya,” katanya.

“Ada begitu banyak orang – bukan hanya anti-Balaka, tetapi orang-orang Kristen dari seluruh wilayah,” tambah Bashir.

Abu Bakar, seorang Imam masjid, menegaskan bahwa lebih dari 108 Muslim dari wilayahnya meninggal dalam kekerasan baru-baru ini.

Abu Bakar juga mengklaim bahwa penyerang memutilasi korban Muslim dan mayat-mayat mereka.

“Milisi Kristen Anti-Balaka memotong mayat korban,” katanya.

“Saya juga melihat mayat dengan alat kelamin dipotong.

“Kami membantu proses pemakaman di sini, jadi saya tahu tentang luka yang diderita oleh orang-orang yang meninggal,” tambahnya.

Saat kekerasan memperburuk, Muslim menuduh pasukan penjaga perdamaian asal Prancis berada di pihak milisi Kristen.

“Kami tidak percaya Prancis karena kami telah melihat aksi-aksi sepihak mereka,” kata Umar Hussain, seorang pengusaha Muslim.

Pasukan Prancis berpura pura bodoh atas kekejaman terhadap kaum Muslim, menonton Muslim dibunuh dengan darah dingin, saksi lainnya yang ditambahkan.

Sekitar 1.600 tentara Prancis, yang memperkuat misi penjaga perdamaian Afrika, dikirim ke utara dan timur negara itu Desember sebelum untuk mengamankan jalan utama dan kota-kota di luar ibukota.

Amnesti International telah merilis sebuah laporan pada Kamis, menyusul misi mereka selama dua minggu di negara yang bergolak itu, mengatakan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan telah terjadi dalam konflik di Republik Afrika Tengah.

Penindasan terhadap pemeluk Islam telah menyebabkan 614.000 orang mengungsi di seluruh negeri dan 189.000 di ibukota , lapor Amnesti. [antiliberalnews.com/ +ResistNews Blog ]